43

927 121 10
                                    

"Hidup memang tidak selamanya indah, bintang tidak akan selamanya tampak, tapi jangan lupa jika cuaca tidak selalu mendung semua ada pada porsinya ada timbal baliknya"

_Raka Derana Kanagara_


















Happy Reading.

***





"Sial!" umpat laki-laki bernetra tajam dengan dada yang memburu mengobrak-abrik isi lemari.

Mencari benda yang biasanya tersimpan apik di dalamnya, nasib sial tengah berpihak padanya botol-botol itu kosong semua.

Membanting keras pintu almari menumpahkan emosi, kenapa ia lupa membeli minuman itu.

Hatinya berdenyut ia butuh pelampiasan, tidak mungkin ia menyayat tangan sebab itu pasti meninggalkan bekas, tapi ia butuh sesuatu pelampiasan sekarang.

Celaan ayahnya tadi bersarang di ingatan, menusuk nusuk dengan jarum tak kasat mata. Ia benci harus menjadi lemah seperti di ini, ia benci mereka semua.

"Sampah!"

"Tidak berguna!"

"Parasit, sialan!"

Bentakan Fahri menghancurkan hati yang telah lama retak, membanting hati yang rapuh penuh luka.

"ARGHHH!"


Prangg


Dengan napas memburu Raka meninju kaca di hadapannya hingga pecah, tangannya memerah berlumur darah.

"Arghh gue bukan sampah, gue bukan pembawa sial!" pekik Raka menjambak rambutnya sendiri.

Perlahan tubuh ringkih itu luruh bersamaan dengan linangan air mata mengalir begitu derasnya.

"Gue bukan sampah, gue bukan parasit!" rancau Raka masih menjambak kuat surai hitam nya.

"Raka capek!" frustasi cowok itu dengan tangis yang makin menjadi.

Pandangan Raka terjatuh pada serpihan kaca di lantai, apa ia harus melakukan itu.

Sedikit bergetar diraihnya serpihan tajam itu perlahan dengan tatapan kosong, melihat secara bergantian lengan kiri serta pecahan kaca di genggamannya.

Ia lelah, setiap kali mencoba terlihat bahagia, ia lelah menjalani ilusi kehidupan sempurna.

Mungkinkah dengan ini segalanya akan berakhir?

Apakah hanya sampai disini perjuangannya mencari bahagia?

Dia sudah tak mampu lagi disalahkan, sudah lelah dengan semua hinaan dari orang tuanya sendiri.

Raka mengarahkan serpihan tajam itu berniat menggores lengan, sudah lama sekali sejak dirinya berhenti menggunakan benda tajam sebagai bahan pelampiasan.

Matanya terpejam seiring dengan bayangan rasa sakit yang ditorehkan keluarganya.

"Kita sahabat lo Rak, kalau lo butuh pelampiasan lo datang aja ke kita, lo bebas lampiasin semuanya ke kita!"

"Jangan lakuin hal ini lagi, lo udah janji"

"Kita akan selalu ada buat lo Rak, kita sahabat"

"Aku mohon jangan nyayat lagi, aku takut kamu kenapa-napa"

"Kamu janji jangan kayak gini lagi, jangan kecewain aku dan sahabat kita Raka"

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now