57

1K 119 43
                                    

"Yang datang belum tentu menetap, yang pergi mungkin tidak akan kembali"

_Raka Derana Kanagar_











Happy Reading

***





Seorang wanita paruh baya menatap kosong kertas di hadapannya, sebuah kertas yang akan memutuskan suatu ikatan yang terjalin. Cairan bening tidak berwarna tak henti mengalir membasahi pipi.

Ia sudah gagal, ia kalah dalam pilihan nya sendiri.

Keegoisan di masa lalu menghancurkannya di kemudian hari.

Orang bilang egois itu perlu tapi yang Mila lakukan lebih mengarah ke kebodohan.

Dia mengira dengan memilih Aldi hidupnya akan sempurna nyatanya, itu hanya fatamorgana.

"Kamu brengsek Aldi!" maki wanita itu mengambil sebuah undangan pernikahan di depannya.

Pria itu mengirim surat perceraian sekaligus undangan pernikahan di waktu bersamaan. Memang pria tidak punya hati.

Bukan hanya menghancurkan hati nya, Aldi juga menjadi dalang dibalik penderitaan putranya.

Kalau bukan ia sendiri yang mendengar percakapan pria itu lewat sambungan telepon pasti ia tak akan percaya.

Mila menghela napas menenangkan hati dan pikiran walaupun hanya berakhir sia-sia.

Wanita itu meremat undangan berwarna purple dan melemparkannya kesembarang arah. Hatinya terluka dikala pria ia ia cinta adalah seorang pendusta besar.

Meraih pena, Mila mulai menorehkan tinta di atas putih pertanda ia setuju mengakhiri hubungan yang telah menjadi awal mula kehancuran di hidupnya.

"Bunda" panggil anak laki-laki berjongkok di hadapan Mila.

Mila diam dengan sorot hampa, bibirnya terasa terkunci rapat. Pikirannya melayang pada sosok remaja yang kini tak ada di dekatnya lagi.

Seandainya ia mempercayai putranya itu pasti Raka masih tinggal dalam rumah yang sama.

Riko tersentil hatinya melihat kondisi ibunya, wanita yang merawatnya penuh kasih sayang sekarang tengah tidak baik-baik saja.

Riko masih tidak menyangka ternyata pria yang dianggapnya sebagai sosok pengganti figur seorang ayah, adalah seorang yang penuh kepalsuan.

"Bunda tau gak tadi aku ketemu sama Raka di sekolah"

Seolah ada magnet dalam ucapan cowok 17 tahun itu sehingga mampu menarik perhatian wanita yang sekarang menatap penuh minat kearahnya.

"Raka baik-baik aja bunda, cuma kayaknya dia kecapean sama keliatan kurang tidur. Mungkin dia begadang buat ujian kali ya" tutur Riko terkekeh, mencoba menghibur ibunya.

"Terus terus, dia cerita apa aja sama kamu. Kapan adikmu itu mau pulang Ko?" tanya Mila penuh harapan akan jawaban.

Riko terdiam cukup lama, bingung harus berkata apa.

"Raka masih butuh waktu Bunda, Riko yakin nanti kalau dia udah tenang pasti dia bakalan pulang" balas Riko.

"Ini salah bunda ko, kalau seandainya bunda gak ninggalin Raka pasti dia gak akan benci sama bunda, seandainya bunda percaya sama Raka, dia pasti gak akan pergi" lirih wanita itu menyesali perbuatannya.

"Bunda terlalu egois sampai bunda lupa ada anak yang masih butuh kasih sayang dari bunda. Bunda ninggalin adikmu sendirian di kota sebesar ini, bunda gagal jadi sosok ibu" tangis Mila pecah tak mampu lagi ia membendung kristal bening itu.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now