33

989 117 13
                                    

"Sadari dulu dimana letak kesalahannya sebelum memberi asumsi yang belum tervalidasi"

_Raka Derana Kanagara_







Happy Reading




***





Netra memerah antara amarah juga sakit di hati yang coba ditahan tangan terkepal kuat buku-buku jemari putih memucat perih di sekujur raga begitu kentara.

"Argh!"





Bugh





Dengan kuat menonjok tembok di samping, cowok beralis tebal itu meneteskan air mata di kesepian.

Ruangan yang menjadi wilayah pribadinya, tempat remaja itu merehatkan badan ketika kantuk menjadi saksi bisu hancurnya kehidupan cowok itu selama bertahun-tahun.

Raka, remaja itu menangis dalam kamar bernuansa biru, warna yang menjadi favoritnya.

Meremat dada kiri yang begitu menyesak, isakan ia tahan mati-matian.

Tidak ingin ada seorangpun yang tau jika ia kembali terluka, tidak ingin ada yang melihat betapa lemahnya seorang Raka ketika melepas topeng tebalnya.

"Raka bukannya gak tau sopan santun tapi Raka cuma gak tau gimana caranya menghadapi kalian" lirihnya.

Ia ingin bersikap seperti dulu di hadapan keluarganya tapi tidak bisa, Raka tidak sanggup melakukan hal itu aliran lukanya tak bisa ia kendalikan. Raka bisa terlihat ceria di hadapan dunia, tapi ia tidak mampu terlihat ceria dihadapan orangtua juga saudara.

Karena rasa kecewa selama bertahun-tahun tidak mampu ia tutupi dengan rapat.

"Bajingan"

"Sialan"

"Tidak punya etika"

Umpatan kedua orangtuanya sangat melukai hati, kembali menorehkan luka disaat luka lama belum sembuh.

"Kalau kedatangan keluarga hanya untuk memberikan rasa sakit lebih baik jangan pernah datang atau bertemu lagi" ucap cowok itu masih dengan air mata yang menetes.

Salam 'hay apa kabar' seperti apa ini, bukannya datang memberikan pelukan namun memberikan pukulan.

Raka berjalan membuka almari tempat ia menyimpan sesuatu yang ia sebut 'obat'.

Dering ponsel mengurungkan niat untuk meraih botol kaca berisi air, namun bukan air biasa.

"Raka jadi jalan-jalan gak!" teriak seorang gadis setelah ia menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

Cowok itu tersentak, astaga ia lupa ada janji dengan kekasihnya.

"I-iya jadi kok ini aku udah otw" sahut Raka.

"Gak usah bilang otw gue tau yah lo masih duduk manis tanpa dosa di rumah lo, awas aja 15 menit gak sampai gue patahin tulang-tulang lo!" ujar Aruna di sebrang sana kejam.

Raka yang tadi mengelus dadanya sabar ketika sambungan telpon diputus sepihak.

"Gini amat nasib punya cewek keturunan salam dari binjai" kata Raka.

Dengan terburu-buru ia menuruni anak tangga tak menghiraukan beberapa pasang mata yang melihat kerah dirinya melangkah.

"Raka mau kemana nak?" Dela ibu tiri Raka bertanya namun tak di gubris.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now