36

892 108 16
                                    

"Hidup akan terus berjalan semua sekarang tergantung kita masih ingin stuk sampai atau terus melangkah"

_Raka Derana Kanagara_













Happy Reading.


***



Kehidupan tidak selamanya indah, garis takdir tidak ada yang tau mungkin hari ini atau esok hari bahagia akan menerangi.

Hanya perlu menjalani skenario hidup yang pelik menjalani hidup yang akan terkenang di hari nanti.

Itu sekiranya yang ingin cowok beralis tebal itu perbuatan, meskipun dengan sebagian kepalsuan yang dirinya perankan.

"Kepala gue berat banget rasanya"

Memijat kening berharap pening itu enyah. Salahkan dia yang terlalu banyak mengkonsumsi minuman sialan itu lagi semalam.

Tapi ia harus tetap pergi menimba ilmu setidaknya di sekolah nanti ia bisa melupakan masalahnya barang beberapa waktu.

Menutup pintu kamar laki-laki berpakaian putih abu itu menuruni anak tangga penghubung lantai dasar dan lantai dua di kediaman tersebut.

"Raka sini kita sarapan dulu" panggil wanita yang berstatus ibu kandung Raka.

Pemuda yang telah rapi dengan almamater sekolah menoleh ke sumber suara, di sana sudah ada kakak, adik beserta keempat orang tuanya tampak harmonis.

"Gak usah saya sarapan di sekolah aja" tolak cowok itu.

"Lebih baik kamu sarapannya di rumah aja lebih sehat" kini wanita yang satunya berbicara.

Raka diam tidak merespon. Malas rasanya jika pagi-pagi akan di briefing tentang tata krama lewat ajak banding membandingkan.

"Setidaknya kamu hargai makanan yang sudah mama dan bunda mu buat, jangan hanya tau  menghamburkan uang untuk jajan tidak jelas" Fahri menatap tajam anak  ketiganya itu.

"Saya duluan" pamit Raka tanpa melihat keluarga bahagia yang sedang bersama.

"Raka tidak dengar kamu apa yang saya suruh! Raka!" Fahri berteriak memanggil putra bungsunya.

"Anak itu semakin berani membangkang dan dia sangat kurang adab" omel Fahri kali ini tanpa meninggikan oktaf bicaranya.

"Dia terlalu mandiri, terlalu jauh walaupun raganya dekat sulit untuk membuat dia jadi penurut dan memiliki rasa segan pada orangtuanya sendiri" timpal Mila.

"Mungkin kita yang terlalu jauh membiarkan dia sendirian itu kesalahan kita, kita harus mencoba lebih keras lagi" Dela menanggapi.

Mila menghela napas ketika anaknya itu benar-benar pergi tanpa memakan apapun.

"Sabar, semua butuh proses pelan-pelan pasti bisa" Aldi menenangkan suasana.

Gadis yang hanya diam menyaksikan keresahan di dalam keluarga itu meruntuki kecerobohannya di masa lalu, seandainya ia mendengarkan kakak tirinya itu mungkin ini tidak akan terjadi.

Di malam itu mungkin ayahnya tidak akan melukai perasaan kakaknya itu.

Flashback on.

Nuansa putih berbau khas obat-obatan seorang gadis perlahan membuka netranya menyesuaikan pencahayaan sekitar.

"Sayang kamu udah bangun" suara wanita mengalun di telinga.

"Mama" cicit gadis itu.

"Ya nak kamu mau sesuatu?" tanya  wanita itu lembut yang mendapat gelengan sebagai jawaban.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now