46

925 109 18
                                    

"Bagaimana mau memulai lembar baru kalau tanggapan mereka tetap seperti itu tidak mau disalahkan tapi selalu menyalahkan"

_Raka Derana Kanagara_

















Happy Reading


***






Hidup adalah fase dimana kita berjalan menyusuri hingar bingar kehidupan duniawi.

Kebahagiaan dan kevanaan itu berdampingan ibarat langit dengan bumi sangat berkebalikan namun tidak dapat dipisahkan.

Remaja dengan alis tebal bernetra coklat gelap itu sedang mencoba tetap bertahan dalam keasingan tidak ada niatan untuk mengikis jarak menghapuskan benteng antara dirinya dengan keluarga nya sendiri.

Satu alasannya masih tetap bertahan hanya mereka yang menyayanginya, mereka yang ada di saat yang seharusnya justru pergi meninggalkan.

"Raka sini sarapan dulu!"  seru seorang wanita setengah berteriak.

Raka menghentikan langkah sejenak tanpa mau menoleh ia menolak hanya dengan satu kata 'Tidak'.

"Tapi dari semalam kamu gak makan seenggaknya kamu sarapan dulu sebelum berangkat" ucap wanita yang tak lain adalah ibu tirinya itu sedikit memaksa.

"Saya gak mau jadi tolong jangan paksa saya" balas Raka ingin meninggalkan orang-orang yang telah duduk manis di meja makan.

Terhitung sudah lebih dari dua minggu lamanya setelah kejadian dimalam itu, dan Raka remaja laki-laki itu benar-benar menepati ucapannya.

Hanya ada raut sinis yang ditunjukkannya, semakin berani dan tidak peduli sekitar ia seperti hidup hanya untuk dirinya sendiri. Begitu sekiranya yang mereka tangkap.

"Raka hargai sedikit mama kamu, saya tau kamu belum memaafkan saya tapi bukan berarti kamu bisa bersikap kurang ajar!" ujar Fahri menyentak.

Raka berbalik matanya bertubrukan dengan mata ayahnya, dengan wajah flat seolah menantang.

"Saya gak mau merusak pagi saya jadi tolong gak usah ngajak ribut" sahut Raka berani.

"Kurang ajar berani kamu sama saya udah ngerasa sehebat apa kamu hah, lupa kamu cuma numpang di sini?!" bentak pria dewasa itu.

"Fahri!" sentak Mila yang sedari tadi diam menyaksikan.

"Kamu keterlaluan tau gak apa-apa kamu ngomong begitu, kamu gak ada hak ya bicara kayak gitu!" seru Mila menatap jengkel mantan suaminya.

"Saya ngomong sesuai kenyatannya, dia itu cuma numpang di rumah saya jadi lebih baik kamu diam" sahut Fahri.

"Kalau kamu lupa ini juga rumah aku  dan Raka adalah anak aku, aku gak akan diam kalau kamu berani menyakiti Raka" tegas Mila.

"Sejak kapan kamu mendukung tabiat buruk anak itu, kamu mau dia semakin menjadi hah!"

"Emang kenapa kalau aku dukung anak aku sendiri, masalah!" sarkas Mila tak kalah tegas.

Raka memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana yang ia kenakan, dengan tenang ia menonton perseteruan dua orang dewasa yang saling tuding satu sama lain.

"Lo liat Rak Ayah sama bunda berantem itu gara-gara lo, lo gak bisa liat keluarga ini damai sebentar aja hah!" Riko kakak kembar Raka yang kedua berseru.

Raka menaikan sebelah alisnya, apa salahnya yang bertengkar orang tuanya yang dia lakukan hanya diam menyaksikan. Ya walaupun yang mereka perdebatkan adalah tentang dirinya.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now