42

933 125 38
                                    

"Luka tapi tidak berdarah, sakitnya nyata tapi tidak terlihat, terlihat masih utuh tapi nyatanya sudah hancur lebur."

_Raka Derana Kanagara_













Happy Reading

***

Ditariknya kerah seragam remaja jangkung beralis tebal itu kuat, dengan kemarahan pria berstelan formal melayangkan tamparan keras pada pipi kiri anak laki-laki nya.

Rasa marah berkobar dikala anak yang dia tinggalkan dulu kini benar-benar menjadi remaja tidak memiliki rasa kemanusiaan, kata-kata yang tidak dikendalikannya itu telah melukai hati adiknya sendiri.

Bahkan sebagai seorang ayah pria itu tak menyangka anak bungsu dari mantan istri pertamanya tega berbicara seperti itu. 

"Berani sekali kamu berbicara seperti itu siapa yang mengajarimu untuk mencemooh orang tua mu sendiri" marah Fahri bahkan rahangnya tampak mengeras saking emosinya.

Raka menghela napas berat pria ini selalu berbicara seakan ia telah menjadi ayah teladan bagi dirinya.

"Enggak ada yang mengajari saya, saya hanya memberitahu dia dimana tempatnya berada" sahut Raka tanpa rasa takut sedikitpun.

Plak

Lagi pria itu dengan keran mendaratkan telapak tangan di pipi kiri anaknya. Raka memejamkan mata merasakan panas luar biasa di pipinya.

"Harusnya kamu yang sadar dengan posisi kamu, bahkan jika di suruh memilih antara kamu atau Shasa maka saya dengan gamblang lebih memilih putri saya itu dibanding anak tidak tau diri seperti kamu!" tegas Fahri menghempaskan cengkraman tangannya.

Raka tersenyum kecut bahkan tanpa diberitahu pun ia sudah tau, mungkin memang ia tidak seberharga itu di keluarga ayah maupun bundanya.

Terbukti dengan beberapa tahun terakhir dimana ia ditinggalkan seorang diri tanpa pernah sekalipun ayah, bunda atau kedua saudara kembarnya menanyai kabar.

Jika mereka bisa mengusir anak 12 tahun tanpa beban lalu mana mungkin mereka memilih anak itu dibandingkan dengan anak yang mereka rawat dan mereka tempa lewat kasih sayang.

"Jika saya disuruh memilih juga, saya tidak akan memiliki anda sebagai ayah saya lebih baik saya tidak memiliki orang tua itu jauh lebih baik" balas Raka sinis.

Fahri mengeraskan Rahangnya jika tidak ingat remaja di depannya adalah darah dagingnya sendiri mungkin ia sudah membuat remaja itu tidak bisa berkutik.

"Raka gue  minta lo minta maaf sama Shasa, minta maaf sama Ayah, mama, bunda sama papa juga. Akui kalau lo salah di hadapan mereka" ujar Riki yang juga berada di sana.

Intonasinya terdengar datar seperti biasa, ia mencoba untuk tetap terlihat tenang. Raka mengangkat matanya menoleh pada lawan bicaranya.

"Kenapa gue harus minta maaf, yang gue omongin gak salah itu kenyataan kan" sahutnya angkuh.

"Akui kesalahan lo Rak selagi gue masih mau melindungi lo!" Riki meminta sekali lagi.

"Gak usah berlagak sok melindungi gue, gue gak butuh itu!" ucap Raka terdengar sarkas.

Fahri mengeraskan rahang, giginya berketuk dengan api kemarahan meradang, anak itu sudah sangat kelewat batas. Tidak bisakah ia berpikir jika apa yang dikatakannya menyakiti hati orang lain.

Bugh

"Saya sudah mencoba sabar menghadapi tingkah kamu Raka, tapi hari ini kamu sudah keterlaluan!" Fahri meninggikan suaranya.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now