63~ Ending

2K 156 79
                                    

"Sakit, luka, Duka dan nestapa satu kata beda makna, lebih dari rasa yang hanya sebatas kata"

_Raka Derana Kanagara_










Happy Reading

***


Hampa satu kata yang mampu mendeskripsikan jiwa itu sekarang, tak ada hal istimewa yang mampu membuatnya berhasrat tuk sekedar melangkah.

Asa musnah entah terbang kemana, satu-satunya tempat yang dikira rumah nyatanya hanya sebuah tenda, tempat berlindung sesaat.

Jiwa yang meredup kini seakan mati, tak ada lagi kobar api dalam sorotan mata.

Dia lelah, setiap kali cahaya terbit di detik selanjutkan tanpa permisi sang cahaya terbenam kembali, selalu saja seperti itu.

Luka fisik tak mampu lagi menutupi sakit, sebab hatinya terasa menggerogoti setiap sel dalam raga rapuh itu.

Menangis, hanya itu yang mampu dirinya lakukan, duduk di pinggir jalan bersandar pada besi pembatasan jembatan.

Silahkan mengejek, ataupun beranggapan yang buruk tentangnya, itu tak apa, karena Raka tidak lagi peduli.

Yang Raka tau kini hanya rasa sakit di hatinya, hanya itu.

"Gue capek, benar-benar gak kuat lagi. Rasanya, di dalam sini sakittt bange.... gue bisa rasain rintihan itu, pemberontakan itu" paraunya memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

"Gue, gue mau nyerah aja, gue gak mau ingat mereka lagi... gue mau pergi, gue gak mau di sini" tangisnya di kesendirian malam.

Raka mendongak, dera air mata itu tak mau berhenti, malah semakin menjadi.

Raka ingin pergi sejauh-jauhnya, jika perlu hingga tak ada seorangpun yang dapat mengenalinya.

Hidup yang baru tanpa rasa luka yang menjalar ke setiap titik sarafnya.

Kapan ayahnya sadar, bahwa Raka tak sekuat yang dibayangkan. Kapan mereka sadar, jika raga itu tak mampu berdiri tegap lagi.

Sahabat adalah hal yang Raka percaya, tapi mengapa mereka seakan tak pernah bersungguh-sungguh dalam kata itu, mereka yang dipercaya selalu ada ternyata hanya sebuah tipu daya.

Cinta, Raka sangat mencintai Aruna bahkan sampai detik ini pun ia masih mencintainya.

Tapi, ia bisa apa. memaksakan agar Aruna lebih memilih dirinya ketimbang wanita yang melahirkan gadis itu, tidak. Raka tak mau gadis itu melakukan itu.

Jadi biar saja ia menghancurkan hati seutuhnya, tenggelam dalam kubangan duka.

"Kapan semuanya bakal selesai?"

***

Prok... Prok... Prok... Prok.

Tanpa diminta sang nerta menoleh ke belakang, ratusan pasang mata terpusat pada seorang pria tua dengan tongkat coklat pendek yang menopang tubuh renta itu.

Di samping kanan dan kirinya terdapat menantu dan cucu laki-lakinya, serta beberapa bodyguard turut berdiri dibelakangnya.

"Kakek... Papi.." lirih gadis chubby itu berlari menuruni panggung tanpa mempedulikan teriakan kakek Bimana.

Gadis itu berhabur memeluk pria dewasa yang selalu mengasihi dan menyayangi dirinya tanpa pamrih.

"Papi kemana aja, kenapa papi tinggalin Aruna, kenapa papi biarin Mami di sekap kakek"

I'm Just Hurt Onde histórias criam vida. Descubra agora