32

971 134 12
                                    

"Dulu pergi meninggalkan luka lalu sekarang kembali memberi luka. Adehh dikira datang ngasih penawar eh malah ngasih racun"

_Raka Derana Kanagara_


Happy Reading

***

"Takut tambah dewasa, takut aku kecewa, takut tak sekuat yang ku kira" senandung cowok dengan pakaian santai menuruni anak tangga, di rumah yang ia tinggali sendiri.

Sabtu pagi dimana ia tidak berangkat bersekolah karena SMA tempatnya menempuh pendidikan menerapkan full day jadi saat hari Sabtu sekolah diliburkan.

"Hufft seperti biasa selalu sepi gak ada kehidupan kayak rumah hantu" ucapnya setelah sampai di anak tangga terakhir.

Cowok dengan earphone tersumpal di kedua lubang telinga itu kembali bersenandung, sambil berjoget tidak jelas. Namun anehnya lagu yang ia dengarkan bukan lagu yang semestinya didengarkan sambil menari-nari bahagia.

"Aku tetap bernafas meski aku tak merasa bebas"

Tak memperhatikan sekitar laki-laki bernama Raka itu menarik salah satu kursi dimana ada beberapa hidangan di hadapannya.

"Wow sandwich, okelah" cetusnya.

Cowok itu memakan sarapannya tanpa beban, namun di tengah kunyahan ia merasa sedikit aneh seperti ada yang memperhatikan dirinya.

Masih mengunyah roti berisi isian itu Raka melihat sekeliling, seketika mulutnya berhenti menghancurkan makanan yang ia gigit jantung seakan berhenti berdetak detik itu juga. Refleks ia mengarahkan tangan bibirnya berkomat-kamit entahlah apa yang diucapkan dengan mata tertutup.

"Nenek nenek sibongkok tiga. Siang mengantuk malam berjaga. Mencari cucu dimana ada" ucapnya seperti sedang bermantra.

Seingatnya Karel pernah memberitahu jika itu sangat ampuh mengusir mahluk tak kasat mata, ya meskipun waktu itu ia mendengar dengan setengah sadar dengan televisi yang menyala menayangkan sebuah kartun anak.

Perlahan ia membuka sedikit matanya, dalam hati ia mengumpat ternyata Karel menipunya.

Tapi siapa yang salah Karel yang sedang bercerita seram atau Raka yang tidak mendengar dengan jelas cerita temannya.

"Lo kenapa?" seorang menepuk pundaknya dari samping.

"Shit" desis cowok itu.

Ini bukan mimpi Raka tau betul akan hal itu, tapi satu yang ada di otaknya sekarang apa tujuan mereka semua berada di tempat ini.

Raka meletakkan kembali sandwich di tangannya sedikit kasar, decitan kaki kursi terdengar ketika ia hendang meninggalkan orang-orang yang entah sejak kapan berada kediaman keluarganya dahulu.

Mungkin ia akan mandi lagi siapa tau ia sedang menghalu, ya meskipun ia sadar betul ini bukan ilusi semata.

"Diam dan habiskan sarapan kamu, tidak sopan meninggalkan meja makan dengan makanan yang kamu buang sia-sia" suara bariton yang telah lama tak ia dengar berasal dari Fahri ayahnya.

Saat hendak berjak pergelangan tangannya dicekal lalu ditarik kasar hingga duduk kembali.

"Gak usah kekanakan, jadi orang punya etika dikit, jadi orang kok gak punya sopan santun" cerca Riki kembaran Raka dingin.

Raka tak menyauti ataupun merespon apapun, menatap sinis mere semua.

Sebenarnya apa tujuan dari kedatangan para keluarga bahagia ini, datang-datang malah mecela dirinya tentang etika dan sopan santun hemm ia jadi sedikit curiga.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now