39

865 118 39
                                    

"Selalu ingin dituruti, menganggap diri paling benar orang lain selalu salah itulah yang aku benci dari diri mereka apalagi kata 'membandingkan' tidak pernah absen di ucap"

_Raka Derana Kanagara_













Happy Reading.



***






DUGH!!

"Memalukan!" hardik pria dengan jas hitam formal kebesarannya.

Pria dengan netra tajam rahang tegas memancarkan kewibawaan, penyayang dimata ketiga anaknya.

Cowok yang tadi di dorong dengan kasar kembali bangkit menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti, apa yang ia perbuat sehingga pria dewasa itu tampak marah.

Seingatnya ia hanya melakukan kegiatan seperti biasa tidak ada yang mengacu pada suatu hal yang buruk.

"Apa kamu tidak bisa berpikir Raka, apa yang saya kasih ke kamu masih kurang!" bentak pria itu menggema.

Raka masih tak paham apa sebenarnya yang ingin ayahnya itu sampaikan setelah tadi secara tiba-tiba menyeret dirinya keluar dari cafe. Dan sekarang justru marah-marah tidak jelas.

"Saya gak habis pikir sama kamu Raka!"

"Ayah tuh sebenernya kenapa sih?!" Raka berujar lelah.

Sudah di seret di depan pelanggan sekarang di omeli tanpa tau letak salahnya dimana, capek sekali.

Berasa jadi manusia yang tidak ada letak benarnya sama sekali, serasa ia bergerak seinci pun dipersalahkan.

"Kamu masih tanya saya kenapa?!" Fahri kembali menaikkan oktaf suaranya.

"Fahri ada apa ini?" seorang wanita berbicara.

Akibat nada tinggi pria itu seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang tengah dengan raut terheran-heran, waktu masih menunjukkan sore hari dan seharusnya pria itu masih berada di kantor bukan malah marah-marah di rumah.

"Kamu liat anak kamu itu bisa-bisanya dia jadi pelayan di cafe tempat saya meeting sama klien" jelas Fahri pada mantan istrinya.

Raka mengernyitkan dahi aneh memang ada yang salah dari itu, sepertinya tidak toh dia di sana bekerja bukan membuat dosa.

"Loh memangnya salah kalau saya bekerja sebagai pelayan lagipula itu bukan pekerjaan haram kan" sela cowok beralis tebal itu. 

"Gak salah tapi setidaknya kamu mikir Ayah, Bunda, Mama sama Papa kamu itu seorang pebisnis sukses  masak kamu jadi pelayan cafe. Mau ditaruh mana muka saya Raka, saya malu tau gak" kata Fahri memijit pangkal hidung.

Ingin sekali Raka tertawa terbahak-bahak, secara tidak langsung pria itu malu memiliki anak sepertinya itu yang dapat Raka tangkap.

"Dulu ayah bilang 'Raka kamu mandiri kamu pasti bisa tanpa ayah' lalu kenapa saat saya udah mandiri bisa menghasilkan uang hasil jerih payah sendiri kok Ayah keliatan gak suka, aneh" kata Raka mempertahankan wajah dinginnya.

"Iya, ayah emang mau kamu jadi mandiri bukannya gak tau diri Raka!" damprat Fahri kelepasan.

Belum lama ia dan keluarganya itu tinggal dalam naungan tempat yang sama namun sudah banyak fakta yang tanpa disadari sangat membekas.

"Raka lebih baik kamu berhenti bekerja jadi pelayan, bunda masih sanggup memenuhi semua kebutuhan kamu itu bahkan sekalipun itu gak berguna" Mila ikut menimpali.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now