8. But It's Harder Than I Thought. [Song Bora]

151 21 16
                                    

Perutku mulas di tengah kelas. Keringat dingin terproduksi banyak di tengkukku. Meski sedang menstruasi, aku tidak pernah sampai mulas begini. Berkat tubuh kecilku yang lebih senang bergerak dibanding diam, aku nyaris tidak pernah terkena nyeri premenstruation syndrome setiap bulan. Bukan karena menstruasi.

Ini karena Goeun. Tepatnya, aku akan bertemu dengan Goeun -- juga Minhee dan Yeonjoo -- sehabis kelas ini dan memberitahu hubunganku dengan Joshua Hong.

Sok berani sekali.

Lalu setelah itu, apa? Apakah Goeun akan memaafkanku gara-gara ini? Aku mengenal Goeun sejak hari pertama menginjak kampus Kyung Hee, aku cukup tahu bahwa dia adalah orang yang tidak mudah memaafkan orang yang menyakiti hati lembutnya.

Dan jika status kencanku dengan Joshua Hong adalah sebuah kesalahan, masih bisakah Goeun menganggapku sebagai teman?

Mendadak, pesimistis merasuki seluruh tetes darah di tubuhku.

Menjadi pacar Joshua Hong?

Orang-orang mungkin akan bilang, ku lahir dari naskah webdrama romansa picisan seorang scriptwriter. Bagaimana biasanya nasib si pemeran utama? Mereka kena buli. Dilempari terigu dan telur mentah, diminta putus dengan si cowok populer, atau disuruh meninggalkan muka bumi dengan tidak hormat alias bunuh diri.

Kutelan ludah dalam-dalam, menyudahi segala imajinasi mengerikan di kepalaku dan melangkah pelan namun pasti menuju salah satu kursi taman dimana tiga temanku sedang berkumpul. Kami berempat punya kelas yang sama sore nanti. Biasanya mereka akan nongkrong di kafe Pinwheel untuk mengerjakan tugas sambil menungguiku bekerja di shift siang agar bisa masuk kelas bersama.

Rutinitas sederhana yang manis ini mungkin akan hilang gara-gara pengakuanku sebagai pacar Joshua.

Ya sudahlah. Itu konsekuensi kejujuran.

Aku disambut senyum riang Yeonjoo. Hanya Yeonjoo. Minhee sedang memainkan ponsel, menyapaku dengan 'Oy!' lalu kembali memainkan ponsel. Goeun.. dia sama sekali tak mau menatapku.

Ah, sudahlah. Mundur pun tak kan berguna. Keputusanku tak berubah. Bahkan jika aku harus kehilangan teman sebaik Goeun, setidaknya aku punya tekad baik dengan tidak bermain belakang.

"Temen-temen--"

"Ih anjir!" pekikan Minhee yang sedang memelototi ponsel mengalahkan suara lemahku. Lalu ia menatap kami bertiga, nyengir kuda. "Eh, maaf. Gue shock nih, liat pacar baru si Jeonghan."

"Mana liat," Goeun merebut ponsel Minhee, tersenyum miring. "Gilaaa, mirip Suzy enggak sih?"

"Tapi pendek!" tukas Minhee.

"Tapi cantik sumpah Hee, auranya mirip aktris bule gitu masa," ucap Yeonjoo yang turut melihat fotonya.

"Gue tau. Udah. Sebel ah anjir! Gue blokir aja nih SNS si Ceking!"

Kami berpandangan canggung melihat Minhee mencak-mencak dan memanggil mantan teman idolanya menjadi si Ceking. Minhee menyeramkan kalau sudah mengamuk marah.

Tapi bagiku, Goeun lebih menyeramkan lagi. Dia lebih senang memendam kemarahannya, lalu meledak di satu waktu.

Keringat dingin kembali terproduksi di tengkukku.

"Ih udah-udah, Bora mau ngomong girls," sela Yeonjoo, meraih tanganku. "Mau ngomong apa, say?"

Kuhela napas dalam-dalam. Kuberanikan diri menatap Goeun, yang tengah melempar tatapan sungkan padaku. Sudah terlambat untuk mundur dan sembunyi.

Semoga Yeonjoo tak lekas melepas tanganku setelah aku mengatakan hal ini.

"Temen-temen," kuteguk ludahku hingga rasanya mulutku luar biasa kering. "Maaf, mungkin ini mengejutkan buat kalian."

I DESERVE UWhere stories live. Discover now