34. U R The Most Comfortable Space of Mine. [Song Bora]

120 16 5
                                    

Mataku masih fokus membaca slide skema tahapan analisis resiko bisnis dari layar laptop Minhee, saat Yeonjoo datang dengan senampan camilan yang dipesannya. Profesor Song tidak masuk kelas hari ini, dan menggantinya dengan tugas team project yang harus dipresentasikan minggu depan. Kami harus dapat A untuk tugas ini-- tidak.

Kami akan dapat A untuk tugas ini.

Jadi Yeonjoo mengajak kami berdiskusi di kafe, sekalian mentraktir kami beberapa camilan untuk asupan energi.

"Kebangetan deh anjir, si Bu Song itu! Masa cuma ngasih seminggu, sih?" kudengar gerutuan Minhee di antara suara gelutukan es batu yang diaduk sedotan dalam Americano-nya. "Tugas susah, nilai sulit. Liat noh, si Bora dari tadi melototin slide sampe kayak mau keluar matanya."

Yeonjoo nyengir saja, mengambil segelas Ice Latte dari nampan dan menaruhnya di samping laptop. "Bora, minum dulu nih. Biar enggak oleng."

"Oh, makasih," kusambar minumanku dan meneguknya dua kali. "Udah aku baca slide tugasnya. Intinya, kita disuruh bikin satu model perencanaan startup bisnis apa aja, terus kita analisa resikonya."

Minhee kontan melotot. "Gila. Disuruh bikin startup? Ribet banget!" pekiknya.

Yeonjoo malah terkekeh. "Kan kita cuma disuruh ngekhayal, Hee. Bukan bikin beneran. Santuy."

"Tapi kan bisa aja gitu, kita dateng ke perusahaan gede yang udah mapan, minta data terus terus tinggal analisa, 'kan? Seminggu loh. Seminggu! Anjir, mana gue lagi pegang dua team-pro lain pula!"

"Tapi," cepat-cepat kusela ocehan Minhee, "proyeknya enggak beres selama seminggu, kok. Minggu depan cuma nyampein abstraknya aja, tiap minggu kasih progress. Tiga kelompok pertama yang progressnya bagus dan paling cepet tuntas analisanya.. bakal dapet nilai A."

"Heol," lirih Yeonjoo, "siapa cepat dia dapat."

"Oh gitu?" nada bicara Minhee mereda. "OK kalo gitu. Pasti bisa dapet A! Ayo!"

Aku dan Yeonjoo terkekeh saja melihat semangat Minhee yang langsung membara dalam sekejap mata.

Aku tahu, mereka berdua cukup terbebani dengan nilai C di transkrip nilai tengah semester, tapi lebih terbebani lagi oleh rasa bersalah telah mengajakku bolos satu kali waktu itu. Maka, mereka tidak pikir dua kali saat diberi kesempatan untuk pilih anggota tim sendiri. Demi menebus nilai C-ku.

"Ngomong-ngomong, berasa nostalgia enggak, sih?" ucap Yeonjoo selagi melingkarkan lengannya di lengan kananku. "Udah lama lho, kita enggak setim proyek gini gara-gara sering beda kelas. Berasa jaman maba tau enggak. Ah, seneng banget."

"Dih, lo mah sering kali, sekelas sama Bora. Gue seringnya sama si Goeun biasanya--" tiba-tiba Minhee melirikku sambil mengatup mulut, seolah ingin menelan lagi kata yang mau dilontarkannya.

Ah, benar juga. Goeun juga ambil kelas ini bersama kami. Aku tidak tahu apa dia sudah punya tim atau belum, karena belakangan, dia selalu kelihatan pergi sendirian kemana-mana.

Apa Goeun kuajak gabung saja ya, ke tim kami?

"Kalo Goeun--"

"Bora," suara Yeonjoo mengalahkan suara lirihku. Fokusku jadi teralih pada Yeonjoo yang tiba-tiba mengendusi lengan bajuku.

"Kamu pake parfum, ya?" tanyanya. Aku menggeleng pelan.

"Tapi bentar, kayak parfum cowok--" ucap Yeonjoo tertahan. Seketika tampang herannya berubah jadi senyum geli. "Oh! kamu abis dari apartemen Joshua, ya?"

Minhee tersenyum miring.

"Iya," singkatku. Refleks kubaui lengan bajuku. Ah, benar, memang tercium parfum Joshua di bajuku.

I DESERVE Uحيث تعيش القصص. اكتشف الآن