23. Could I Make U Happy? [Joshua]

103 20 15
                                    

Kutaruh sejumput jjampong bulgogi di atas gunungan nasi Bora, and she immediately put some baechukimchi on mine. Kami beradu pandang dan tersenyum canggung, as if it's our first lunch together.

We're only half meter apart, that I can slightly smell her shampoo, watching her nervous face closely. Aku harus membuka sebuah obrolan supaya Bora bisa mengalihkan wajahnya yang terus tertunduk menatap makanan itu padaku.

"Kamu abis ngapain emang, sampe kena omel Ibu kamu kayak kemaren?"

It works. Bora beralih menatapku dan tersenyum tipis, menunda sejenak gerakan tangan mungilnya yang sedang memilah kimchi dengan sumpit.

"Awalnya sih, gara-gara paket dari Joshua."

Astaga, bisa-bisanya aku seceroboh itu. Harusnya aku kirim saja paket itu ke restoran seafood Bibinya. Atau titip ke Yoo Yeonjoo. Oh.

"Gara-gara aku? Oh, I'm so sorry, Bora. Jadi Ibu kamu marah--"

"Bukan," ia terkekeh kecil, "bukan marah sama yang kirim paketnya. Ibu cuma kecewa sama aku yang enggak pernah cerita sedikitpun tentang Joshua."

Tanpa sadar, kuhela napas lega. Ah, energiku baru saja dikuras banyak oleh drama rumor konyol itu, aku hanya tidak sanggup menghadapi drama lain dalam waktu dekat-dekat ini.

"Terus.. gimana responnya? I mean.. beliau menentang hubungan kita atau.."

Bora menggeleng pelan. "Aku enggak sempet cerita banyak sih sama Ibu. Yang jelas, Ibu enggak pernah ngelarang aku pacaran, kok."

Sekali lagi kuhembus napas lega.

"Syukurlah, kalo Ibu kamu udah kasih kita restu," gurauku.

Half serious tho.

Bora manggut-manggut pelan dan tersenyum simpul. "Ya, syukurlah."

Suasana mulai mencair dan kami bisa melanjutkan santap siang dengan lebih rileks. Oh ya, hari ini Bora pakai hoodie pemberianku, as expected. She look super cute with that violet oversize hoodie, ugh.

"Cantik," gumamku tanpa sadar.

Bora menatapku bingung. "Ya?"

Mungkin gumamku kurang jelas di telinganya.

"Kamu. Kamu cantik banget hari ini."

Kekehku kontan keluar saat Bora berusaha memasang tampang datar meski rona pipinya kian merah setelah mendengar pujianku. Ha ha.

"Warna ungu kayaknya emang cocok buat kamu. You look fresh. The make up too. It fit you well."

Akhirnya Bora melepas seulas senyum malu setelah mendengar penjelasan logisku. "Makasih banyak pujiannya. Tapi Joshua, sejujurnya.. aku shock pas liat harganya di internet," tiba-tiba ia meringis, "aku.. mendadak ngerasa bertanggungjawab karena udah ngabisin banyak uang saku Joshua bulan ini."

Dang, sempat-sempatnya dia memeriksa harga hoodienya di website toko online.

"Eyy, enggak, enggak perlu ngerasa terbebani. Lagian, ini couple item kok, jadi harganya lebih murah daripada beli satuan--"

"Couple.. item?" mata monolidnya membelalak dan serta merta menyisir pandangan pada hoodie putih yang kupakai hari ini. "O-oh.."

"Wanjer, ada C.C!"

Obrolan ringan kami serta-merta terinterupsi kedatangan sebuah suara nyaring yang cukup membuat pandangan beberapa pasang mata turut beralih menatap meja kami.

I DESERVE Uحيث تعيش القصص. اكتشف الآن