36. But U Don't Deserve This Pathetic Girl. [Song Bora]

99 14 2
                                    

Setelah tiga perempat jam berdiri di balik meja kasir untuk mengurus transaksi dan reservasi tanpa jeda, akhirnya aku bisa duduk-- sejenak, sebelum didatangi pelanggan yang mau bayar lagi.

Kusambar botol air minumku dan meneguknya hingga habis separuh. Kucomot juga dua potong kimbab buatan Bibi dan melahapnya sekaligus. Resiko jaga meja kasir di akhir pekan, aku harus pintar-pintar curi waktu untuk makan siang.

"Laper banget, huh?" ledek Bibi yang tiba-tiba datang ke meja kasir dan menertawakan pemandangan mulut penuhku. "Inget, jangan kayak gitu kalo di depan cowok kamu! Bisa-bisa nanti langsung diputusin."

Senyumku kecut. Mulutku selalu penuh kalau makan di depan Joshua. Asal mengunyah dengan mulut tertutup, itu masih sopan, kan? Apa jangan-jangan, sebenarnya Joshua terganggu dengan gaya makanku ya, tapi tidak berani bilang?

"Gimana temen kamu itu, jadi dateng?" tanya Bibi, menghentikan ocehan tak penting di kepalaku itu.

Kutelan makanan di mulutku dan mencomot sepotong kimbab lagi. "Kayaknya jadi, Bi. Nanti, sekitar jam dua."

"Temen kuliah? Yeonjoo?"

"Temen SMP."

Mata Bibi membelalak seperti tak terima jawabanku. "Apaan? Kamu kan nggak punya temen di SMP."

Meski menohok, Bibi tidak salah, sih. Baru kali ini aku menghitung Jeon Wonwoo sebagai 'teman'.

"Cewek? Cowok?" cecar Bibi kemudian.

"Cowok," timpalku, lalu mendesah pelan saat ekspresi wajah Bibi tiba-tiba jadi aneh. "Bukan, bukan kayak yang Bibi pikirin."

Bibi terkekeh. "Aish, anak nakal. Diem-diem cowoknya banyak juga," ledek Bibi sambil menjawil hidung pesekku, sebelum berlalu ke dapur dengan wajah sumringah.

Tuh, kan. Mentang-mentang tidak pernah bawa teman cowok, Bibi langsung antusias mendengarkanku membicarakan cowok asing, siapapun itu, se-tidak penting apapun urusanku dengan cowok itu.

"Jeonghan pernah minta gua antisipasi, kalo-kalo si Seungjoon ngapa-ngapain elu."

Tiba-tiba ucapan Yook Sungjae kemarin pagi melintas di kepalaku.

Jeonghan pasti melakukan itu demi Joshua. Berkat Joshua, aku jadi dapat perlindungan. Bukan sekali ini Yoon Jeonghan membantuku menangani Lee Seungjoon secara tak langsung. Tapi.. bagaimana ya, caranya berterimakasih pada orang yang selama ini jadi rivalku?

"Mbak, saya mau bayar. Pakai kartu," sebuah suara lekas menarikku lagi ke realita.

"Oh, ya," kusudahi kunyahanku -- juga lamunan singkatku -- dan kembali fokus berhadapan dengan mesin EDC. Kalau salah tekan satu nol saja, bisa-bisa restoran Bibi merugi!

Pukul dua lebih lima, Wonwoo bilang lewat chat bahwa dia sudah menungguku di depan restoran. Kutitip meja kasir pada Bibi. Setidaknya jam sibuk sudah lewat.

"Ajak ke dalem aja, suruh makan dulu. Sekalian Bibi mau liat, ganteng mana dia sama JoJo-nya kamu itu," ucap Bibi dengan senyum aneh.

Astaga, ada-ada saja adiknya Ayah yang satu ini.

Oh ya, saatnya berkabar pada Joshua.

IBaT A - Joshua ♡

joshua, aku mau ketemu wonwoo di depan.
joshua bisa nyalain timernya sekarang. ㅋㅋㅋㅋ

astaga ㅋㅋㅋㅋㅋ
kamu tuh ya (ノ-ㅅ-)ノ ♡ gemes

ㅋㅋㅋㅋㅋ ♡

I DESERVE UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang