19. U Don't Hate Me, Do U? [Joshua]

160 22 25
                                    

⚠️ cw : provocative and harsh words

Bahunya kecil dan rendah. I smell the mixture of shampoo and kinda softener there. Empuk. Kokoh.

Aku terlelap setengah jam lamanya di bahu Bora siang itu saking nyamannya. Dan dengan jujurnya dia bilang aku sempat mendengkur sekitar tujuh sampai delapan menit lamanya di tengah-tengah tidurku. Memalukan. Teganya dia, sampai menghitung durasi dengkuranku!

The worse is, she silently laugh at my damn snoring. Humornya itu agak.. unik.

I found it cute somehow. Her weird joke. Her effort to stay still for thirty minutes just to let me sleep. Her giggle.

"Lu demam, Josh?"

Sentuhan punggung tangan Jeonghan di dahi serta merta mengusik lamunanku.

"Tapi kagak panas sih."

Kontan kutepis pelan tangannya dan mengalihkan pandangan ke kaca jendela mobil di samping kananku. "Apaan sih lu?"

"Ya gua kira lu demam. Muka lu merah nyet. Tapi demam kok senyum-senyum?"

Buru-buru kukulum bibirku, meski kutahu itu tak ada gunanya.

"Lu abis ngapain sama cewek lu kemaren sampe mesem-mesem gitu Josh?" desis Jeonghan sambil cekikan geli. Sialan.

"Shut up."

"Awas aja kalo ketahuan manipulasi report. Bisa-bisa entar gua pasang penyadap betulan di apart lu."

"You really--"

"Eyy, serius amat lu. Canda, canda."

Kuabaikan kekehan si Ceking dan memejamkan mataku di sandaran kursi mobil mewah Seungcheol. Sisa perjalananku menuju apartemen akan sia-sia saja jika hanya meladeni celoteh Jeonghan, lebih baik tidur saja.

Supir cabutan yang dibayar Seungcheol melajukan mobil dengan kecepatan sedang, mengantarku dan Jeonghan pulang ke apartemen masing-masing. Bahkan ia memutar instrumental klasik kesukaanku, mungkin sengaja dipesan Seungcheol agar aku bisa rileks. Bocah itu.. sepertinya senang sekali buang-buang uang dari kartu tebalnya itu.

It's a tiring day for me indeed.

Kami baru saja mengadakan pertemuan rahasia di sebuah ruangan VIP restoran fancy bintang lima -- tak perlu tanya lagi, semua diakomodasi Seungcheol si chaebol. Disana hadir Vernon -- cowok bule kenalan Seungcheol yang jago IT, ketua angkatan kami Ong Seungwoo, dan Nayeon yang baru saja pulang dari Paris. Aku dapat oleh-oleh sebotol red wine darinya.

Mereka dikumpulkan untuk membahas kronologi perundungan maya yang sedang kualami. Vernon dan Jeonghan merunut alurnya dari pos pertama dimunculkan hingga pos terakhir. Vernon mendapatkan akses server komunitas dan melacak IP adress setiap pos. Jeonghan menganalisis gaya tulis pos dan -- entah bagaimana caranya -- mencocokkannya dengan beberapa akun tertentu, hingga muncullah beberapa nama suspected.

Lee Seungjoon.

Na Hyeyoon.

Choi Mira.

Dan Nayeon memastikan, dua suspected perempuan disana merupakan anggota sebuah groupchat khusus yang sengaja dia susupi dengan cara menyamar jadi salah satu pengagumku.

In short.. I was attacked by my own admirer.

Dan berkat pemaparan semua fakta yang mengejutkan itu, aku mual di tengah-tengah diskusi dan memuntahkan seluruh makan siangku di kamar mandi. Sekarang tubuhku lemas sekali.

Wish I can lean on her shoulder again right now.

★★★

Setelah terkapar lima jam lamanya di atas ranjang kamarku, aku terbangun oleh dering telpon dari Mama. Setengah jam lamanya kami berbincang untuk melepas rindu. She worry about me as if she know 'bout what I'm dealing with right now, though I don't even dare to tell her a single thing about this sh*t.

I DESERVE UWhere stories live. Discover now