38. Why U Disregard Urself, When Ur Hug is My Only Space to Rest? [Song Bora]

105 13 2
                                    

Pagi ini, aku berbagi tugas membuat sarapan dengan Oh Seunghee, satu-satunya yang bisa bangun pagi setelah minum banyak semalam. Aku menanak nasi dan menyiapkan banchan, sementara Seunghee fokus membuat bukeo-guk untuk mereda pengar sisa semalam.

Tampang pacar Jeonghan ini mungkin tampak dingin, nyatanya dia ramah juga.

"Tau nggak? Kemaren aku sempet ngira kita masak nasinya musti pake gamasot lho, kalo nginep di hanok begini," celetuk Seunghee selagi mengaduk sup, "eh, ternyata ada rice cooker. Untung aja."

Heol, aku tidak pernah kepikiran sampai kesana.

''Gamasot," lirihku, kontan mengulum tawa saat membayangkan kami harus memasak dengan tungku batu di pekarangan dan meniupnya sepanjang waktu agar apinya tidak padam.

Humornya juga lumayan.

"Seunghee-ssi pernah pake gamasot sebelumnya?" tanyaku, selagi mengocok sejumlah telur dengan daun bawang dan cincangan daging sapi.

"Belum pernah. Makanya bersyukur banget. Bora?"

"Enggak pernah juga, cuma pernah liat aja cara pakenya di Utube," balasku, sebelum menuang kocokan telur ke pan yang sudah panas.

Seunghee manggut-manggut selagi mencicip sup dan menambahkan secomot garam setelahnya.

"Assa! Akhirnya pas juga," serunya, sebelum lekas mematikan tungku kompor. Aku takjub sedari tadi melihatnya memasak begitu saja tanpa catatan resep apapun.

"Kayaknya Seunghee-ssi udah sering ya, bikin bukeo-guk?"

Ia terkekeh kecil menanggapi pertanyaanku. "Yah, mau gimana lagi. Di rumah, sekeluarga tuh peminum semua, Bora. Terus sekarang, punya cowok juga peminum berat, coba. Jadi kayak, sampe terbiasa aja bikin sup kayak bukeo-guk begini."

Yoon Jeonghan peminum berat? Tak kusangka.

Aku jadi penasaran dengan batas toleransi alkohol Joshua. Dia bahkan sudah kepayahan hanya dengan meminum sebotol soju.

Mungkin tidak jauh payahnya denganku.

Semalam saja dia.. hmm.

"Boraaa!" panggilan parau seseorang dari lorong kamar menginterupsi obrolan kami. Oh, Im Nayeon.

Gadis berwajah bundar itu menghampiri kami sambil mengucek matanya. "HP lo ngegeter mulu dari tadi, hah, gue sampe kebangun coba."

"Oh, maaf.."

"Cepet angkat, sana. Kayaknya telpon penting, deh. Itu.. sini, biar gue terusin kerjaan lo," balas Nayeon sambil menguap lebar-lebar.

Seunghee terkekeh geli dibuatnya. "Lo mending cuci muka dulu deh, Yeon. Entar bisa-bisa malah pan-nya yang elo balikin, bukan telornya."

Nayeon langsung manyun sebelum menjawil pipi Seunghee dan berbalik ke kamar mandi. Ada-ada saja.

"Kalo gitu.. Seunghee--"

"Iya, aku aja yang lanjutin. Santai."

Akhirnya kuserahkan spatula pada Seunghee sebelum melangkah setengah berlari menuju kamar.

Ternyata Ibu yang menelponku. Tiga kali. Lalu sebuah chat panjang muncul kemudian.

Ibu

bora, kamu pulang jam berapa hari ini?
kalo nggak capek, ibu mau minta tolong kamu buat liatin kondisi rumah di sokcho.
klo ada yg harus diperbaiki, ibu mau hitung perkiraan biaya perbaikannya dari sekarang.

I DESERVE UWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu