11. U R The Most Unpredictable Girl I've Ever Met. [Joshua]

169 24 19
                                    

"Heh, Yoon Jeonghan!! Balikin HP gua!"

It's too late. Jeonghan sudah mengetik sesuatu diluar kendaliku. Ia mengirimkannya pada Bora. Dan.. Bora terlanjur membacanya.

"Sh*t."

Tuhan, ampuni hamba yang akhir-akhir ini jadi sering sekali melontar umpatan kasar. Sungguh, ampuni hamba. Amen.

Seungcheol yang sedang merebahkan diri di sofa hanya terkekeh sambil geleng-geleng kepala menonton tingkah Jeonghan yang tak henti-hentinya mengerjaiku.

"Gua cuma bantu elu Josh, biar report lu enggak cuma chatting sama makan jjampong doang," seloroh Jeonghan selagi tangan kurusnya meraup segenggam chips dari bungkusan di atas meja dengan santai, "gue berbaik hati kasih lu jalan, tinggal lu manfaatin sebaik-baiknya. Harusnya lu bilang makasih sama gua."

"You are too much," lirihku, selagi mataku gelisah melihat chatroom yang belum juga memunculkan balasan pesan terbaru. Bora pasti sedang kebingungan sekarang.

Beberapa belas hari berkencan dengan Song Bora bukan berarti aku sudah berani memanggilnya dengan honey, kan?

Yang benar saja. Argh!

Bora, maaf, yang tadi itu si jeonghan-_-
but can we talk 'bout this tomorrow? At lunch maybe, before class?
(sent.)

★★★

Dan hingga jam makan siang tiba, Bora tak kunjung membalas chatku.

Ah. Aku harus pasang muka tebal saat bertemu dengannya di kelas hari ini and clarify every--

"Joshua!"

Seorang laki-laki bersuara nyaring menepuk pundakku sesaat setelah aku duduk di salah satu kursi kantin. Mataku kontan memicing.

"Seungjoon. Lee Seungjoon, class E," ia memperkenalkan dirinya tanpa dipinta dengan senyum riang. "By the way, gue ambil kelas Pak Hwang juga semester ini, mungkin lo enggak sadar."

"Ah, iya iya, Lee Seungjoon," aku manggut-manggut saja dan seperti biasa, memasang tampang se-friendly mungkin meski masih tak kenal betul dengan lawan bicaraku. "Mau gabung disini? Kosong kok."

Ia nyengir lebar dan menerima tawaranku. Tapi nyatanya, ia tidak membawa makanan apapun. "Ada yang mau gue omongin sama lo, bentaran kok. Tentang kelompok tugas."

"Okay.."

"Lo bisa enggak tukeran ama gue? Maksudnya tukeran partner, gitu?"

Dahiku spontan berkerut. "Enggak cocok jadwalnya sama partner lo?"

"Enggak juga sih, gimana ya," lelaki bermata bulat itu tersenyum aneh dan menggaruk tengkuk, "Jadi gini, deh. Partner gue tuh nol banget speakingnya, sementara gue juga enggak jago-jago amat. Lo udah pro pastinya, kayaknya lo bakal lebih cocok jadi partnernya. Bisa, kan? Gue juga bisa kebantu banget sih kalo si Bora jadi partner gue," Seungjoon terkekeh, setengah berbisik, "kebetulan, gue lagi sibuk di klub, tapi gue juga butuh A di mata kuliah cyber trade, nyelamatin IPK semester ini."

Kalimat terakhirnya membuatku melongo. Kenapa harus--

Ah.

Seungjoon masih tersenyum lebar, dan seketika senyum itu tampak menyebalkan di mataku. No way. Tak kan kubiarkan parasit semacam ini menempeli pacarku, just for that damn A!

"Bisa kan? Ah iya, lo tau SH Entertainment kan? Susah lho, masuk sana buat minta data doang. Nah, partner gue ini punya koneksi bro! enak kan? Kalo kita tukeran, win-win solution sih---"

I DESERVE UWhere stories live. Discover now