46. What Should I Do Now? [Song Bora]

66 10 0
                                    

Kusandarkan tubuhku di sofa keras yang akan kupakai tidur malam ini. Sangkyun sedang keluar untuk membelikanku makan siang -- ya, jam tiga lebih seperempat masih kuhitung siang, toh matahari belum terbenam.

Ah, lelah juga. Jika terapi Ibu berjalan lancarpun, jadwal rawat inap Ibu masih dua hari lagi. Sampai akhir pekan ini, aku harus menerima ritme tidurku yang berantakan dan berusaha ekstra menahan kantuk di tengah kelas.

Tak pernah kusangka bahwa rasa kantuk itu akan mengantarkanku pada kejadian yang bikin pikiranku campur aduk hari ini, dan membuatku membatalkan sebuah janji temu yang kubuat sendiri. Andai kejadian tadi tidak terjadi, mungkin sekarang.. aku sedang tidur nyenyak di sofa apartemen Joshua yang lebih nyaman daripada sofa keras ini.

Tapi, tidak mungkin juga kan aku datang ke apartemennya dengan pipi lebam begini?

☆☆☆

Semua berawal dari rasa kantukku di kelas Ekonomi Investasi dan membuatku harus meminjam catatan pada Noh Minwoo. Dia meminjam catatan kelas Cyber Trade-ku sebagai gantinya. Aku tidak keberatan, toh, kami saling menguntungkan. Minwoo juga cukup dekat dengan Joshua, dan sejauh ini, dia bersikap baik padaku.

Penyesalanku baru muncul saat Minwoo menelponku sesaat setelah aku keluar dari ruang TU untuk mengumpulkan tugas pengganti kelas ARB.

"Sorry Bora, hampir aja saya lupa. Jadi gini, tadi tuh catatan kamu udah saya copy kan, tapi saya buru-buru turun soalnya ada urusan mendadak. Jadi.. saya titip tuh catatan kamu sama si Hyeyoon, tadi sih dia masih ada di ruangan 403."

Dahiku berkerut mendengar nama asing itu.

"Sekalian, dia mau copy juga katanya--"

"Hyeyoon? Yang mana ya.. orangnya?"

"Ah, itu lho, yang tinggi-tinggi, pake kacamata, tadi pake kaos putih-- lho, bentar, kamu.. kamu nggak kenal dia yang mana?" nada bicara Minwoo berubah panik. "Katanya dia bakal ketemu kamu lho di kelas ARB--"

"Kelasnya dibatalin," timpalku cepat. Tak sempat kusembunyikan rasa kesalku. "Dan saya nggak kenal sama yang namanya Hyeyoon."

Bukannya aku pelit catatan ya, hanya saja aku tidak biasa memberikan catatanku pada orang yang tidak kupercaya. Apalagi ini, tidak kenal sama sekali.

"Waduh," kaget Minwoo. "Bora, sorry banget. Serius, saya kira dia kenal sama kamu soalnya.. aduh, gimana ya? Saya udah jauh juga nih dari kampus.."

Mau bagaimana lagi. "Saya cari dia sekarang."

"Ah.. ya udah, kalo gitu. Sorry banget, Bora. Serius. Gue bakal tanggungjawab kalo catetan lo ilang, ya?"

"Hmm. Makasih infonya Minwoo," kututup telponku dengan sedikit kesal, sebelum melangkah lagi ke tangga gedung.

Sejujurnya aku tidak rela harus menaiki lantai empat untuk ambil buku catatan. Kalau benar si Hyeyoon-Hyeyoon itu meminjam catatanku, bukankah seharusnya dia yang berusaha mencariku untuk mengembalikannya?

Sungguh, kekhawatiranku masih sebatas itu, sampai akhirnya aku berada di ruang 403 dan menemukan bukuku tergeletak di lantai dalam keadaan terbuka.

Ada bekas jejak sepatu di salah satu halamannya.

Sial. Hyeyoon, siapapun dia, tidak benar-benar berniat meminjam catatanku ternyata.

"Nah, dateng juga orangnya."

Masih berjongkok memeriksa buku catatanku yang berdebu, aku menoleh ke belakang dan mendapati gadis jangkung berkacamata di ambang pintu. Dia tidak sendirian. Dia bersama Choi Mira.

I DESERVE UWhere stories live. Discover now