15. So Tell Me The Reason. [Joshua]

150 22 12
                                    

"Udah fix, ya? Kumpulin materi ke gua, deadline Sabtu. Mudah-mudahan bisa gua beresin papernya hari Senin. Nanti gua kasih ke Kwangmin, nah.. lu bikin ppt-nya Min!"

"Beres."

"Sip. Joshua, you.. ready for moderator? Because.. your englisheu, very very good!"

Semua terkekeh geli mendengar logat unik Minwoo ber-english ria. Kuacungkan jempolku pada sang ketua kelompok sebagai tanda setuju.

"Good! Changhyun, siapin performa terbaik lu, elu yang tampil!"

"Hajar lah!"

"Cakep. Ya udah, team meeting kita selesai. Jangan lupa pada kerjain bagiannya. Yuk, bubar."

Huh, pegal juga duduk satu setengah jam hanya untuk berdiskusi.

Mendapatkan kelompok tugas yang diatur Professor, aku merasa cukup beruntung berada di kelompok ini. Minwoo yang ramah, Kwangmin yang kocak, dan Changhyun si pintar. Such a great combo. Meski tak akrab-akrab amat awalnya, aku tak menemui kesulitan melebur dengan mereka. Dan yang terpenting, semua laki-laki!

Oh, tidak, aku tidak bermaksud mendiskriminasi gender, lho.

Hanya saja.. ada satu pengalaman yang kurang menyenangkan saat ada anggota mahasiswi dalam kelompok tugas. Gadis itu persisten ingin mengadakan team meeting di apartemenku. Lalu belakangan kutahu bahwa dia.. agak terobsesi padaku. Butuh waktu untuk membuatnya berhenti menerorku dengan chat dan perhatian yang tak perlu.

Well, I can't let them in easily. Meski tergolong ekstrovert yang senang berkomunikasi dengan banyak manusia, aku bukan orang yang mudah membiarkan orang memasuki ruang privasiku. But once I trust on someone, I can even let 'em know my apartment's password. Mereka, lagi-lagi, hanyalah Jeonghan dan Seungcheol.

Ah, benar. Artinya Song Bora menjadi satu-satunya perempuan yang pernah masuk apartemenku, bahkan menyentuh dapurku, selain Mama.

"Josh, gabung enggak nih?" tepukan tangan lebar Minwoo di bahuku membuyarkan lamunan singkatku. "si Changhyun abis menang lomba essay, mau traktir minum deket-deket sini!"

"Ayo gabung lah, Josh! Kalo lu ikut, cewek-cewek cakep bakal pengen gabung juga," kekeh Kwangmin.

Aku tersenyum sewajar mungkin untuk menutupi gerutu dalam hati. Dasar, rupanya aku mau dijadikan umpan.

"Oh, kayaknya enggak bisa, kebetulan gua ada janji," tolakku halus. Bahkan meski tak ada janji, aku akan berusaha membuat janji lain untuk menghindari setiap acara minum-minum.

Serta-merta kurogoh ponsel, teringat Bora yang belum kuhubungi lagi sejak siang. Sekarang langit sudah gelap. Kelas sorenya pasti sudah selesai dari tadi.

"Anjir, lancang gua. Sorry sorry Josh, lupa gua kalo lu udah punya cewek," Kwangmin tertawa miris.

"Hah? Lu punya cewek, Josh?" pertanyaan Changhyun membuatku mendongak seketika.

"Eyy, elu Hyun, saking sibuk belajar sampe enggak melek sama isu sosial yang terjadi di sekitar lu!" ledek Kwangmin.

Minwoo pun turut terheran. "Asli nih lu kagak tau? Ceweknya Josh mawapres kelas C njir, rival elu semester kemaren!"

Serta merta Changhyun melotot ke arahku dengan tatap percaya.

"Song Bora? Lu jadian sama Song Bora, Josh? Asli? Woah. Selera lu unik juga ya."

Unik? Benar juga. Song Bora memang berbeda dari yang lain.

Maybe that's why I found her attractive.

I DESERVE UWhere stories live. Discover now