Chapter 34

14.6K 1.5K 8
                                    


Happy reading guys

_○_

Arvian berjalan dengan santainya menuju UKS, untuk apalagi jika bukan membolos,yap, pelajaran ke 4 tengah berlangsung.

Di tengah jalan ia ingat sesuatu lalu Arvian pun berbalik dan melangkahkan kaki menuju lokernya. Setelah sampai Arvian pun membuka kunci loker dan mengambil benda yang ia lupakan itu. Kunci ganda ruangan Musik, kemarin Arvian dengan sengaja membuat kunci ganda ruangan tersebut, karena ruang musik adalah tempat kedua yang selalu ia kunjungi setelah UKS.

Alasannya Arvian sangat suka dengan musik. Tapi anehnya ia tak mengikuti eskul musik, ia sangat suka bernyanyi dengan gitar akustik, Bermain piano juga bermain Drum. Semuanya ia kuasai. Namun ayahnya melarang keras dirinya untuk bermain musik. Ayahnya tak  suka ia menjadi musisi atau apapun itu yang berhubungan dengan musik, dan itulah  alasannya tak mengikuti Eskul favoritenya.

Arvian berjalan menuju kearah ruang musik yang berada di ujung lorong itu. Kalo diliat liat memang suasananya sangat mencekam, apalagi tak ada siswa-siswi yang berlalu lalang  disini. Namun namanya juga Arvian ia tak percaya dengan mitos yang beredar disekolahnya itu. Dan kalo pun benar Arvian akan tetap bermain  musik disana.

Clek

Pintu pun terbuka, Arvian dengan santainya memasuki ruang musik.

"ASTAJIMMMMMM," teriak Arvian kaget saat melihat sosok perempuan yang tengah terikat di kursi dengan kepala yang menunduk.

Arvian mencoba mendekati Siswi tersebut dengan perlahan-lahan lalu menyentuh lengan Siswi tersebut dengan telunjuknya.

"Huh manusia ternyata, pingsan lagi" gumam Arvian pelan. Lalu ia mencoba melepas ikatannya  dan melihat siapa Siswi tersebut.

"Selena? Aduh ini bibirnya kenapa berdarah? Terus siapa yang ngiket Selena disini? Wah ini namanya pembullyan harus di laporin," ucap Arvian lalu menggendong Selena menuju ruang UKS. Suasana sangat sepi mengingat pelajaran tengah di mulai jadi tak ada satu pun yang melihat kejadian ini.

___

Di UKS Selena di baringkan di kasur yang tersedia, lalu  Arvian mondar  mandir bingung harus bagaimana pasalnya ia tak pernah mengurusi orang pingsan.

"Kenapa gak kepikiran dari tadi sih," gumam Arvian saat matanya tak sengaja melihat stuktur organisasi PMR dan disana ada guru pembimbingnya juga. Langsung saja Arvian bergegas menuju ruangan guru untuk menemui Bu Neni sang guru pembimbing organisasi PMR.

"Permisi bu, ada siswi yang pingsan bu, saya mohon bantuan ibu," ucap Arvian yang saat ini tengah berdiri di depan meja Bu Neni.

"Ada yang pingsan? Ayo kesana, anak anak PMR gak ada yang jaga yan,?" Ucap Bu Neni yang saat ini tengah berjalan menuju UKS.

"Biasanya yang  jaga cuman hari senin sama rabu doang," ucap Arvian.

"Harusnya ibu nyewa dokter dong buat khusus jaga di UKS, kalo dari murid sih pas jaga kasian nanti ketinggalan pelajaran," saran Arvian sok bijak, padahal ia sering bolos belajar bisa bisanya memberi saran seperti itu.

Sedangkan Bu Neni ia menghiraukan ucapan Arvian itu. Dan semakin mempercepat langkahnya.

____

" Kenapa bisa seperti ini Vian,?" Tanya Bu Neni setelah melihat kondisi Selena, ia langsung saja membuka sepatu yg dipakai Selena dan mengambil minyak kayu putih.

"Gatau tadi nemu dia di Ruang Musik, keadaannya udah kayak gitu. Pasti pembullyan ini mah bu," jelas Arvian

"Yasudah kamu keluar dulu ibu mau balurin minyak kayu putih di perutnya," ujar Bu Neni mengusir Arvian.

"Ya ya ya," ucap Arvian malas lalu meninggalkan mereka.

Bu Neni membuka sedikit baju seragam Selena dan hendak membalurkan kayu putih disana. Namun Bu Neni sangat terkejut melihat perbedaan warna kulit Selena. Perutnya terlihat sangat putih berbanding terbalik dengan kulit yang tak tertutup baju.

"Kok bisa gitu ya," gumam guru pembimbing itu, lalu ia membalurkan sedikit minyak kayu putihnya itu.

Bu neni mengambil kompresan untuk membersihkan luka di sudut bibirnya.

____

"Eunghh,"

Selena membuka matanya perlahan remang remang ia melihat seorang wanita berumur sedang duduk disampingnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"I-ni di-dimana,? I-ibu,?" Ucap Selena terbata lalu ia merasakan perih di bagian sudut bibirnya.

"Selena kamu sekarang berada di UKS," jawab Bu Neni namun matanya masih memandang Selena terpesona.

Selena bingung mendapati tatapan dari Bu Neni yang sedari tadi tak mengalihkan pandangan dari wajahnya.

Selena melihat tangannya, betapa terkejutnya ia mengetahui warna kulit Aslinya sudah terekspos di depan guru pembimbing Organisasi PMR itu.

"I-ibu ta-tau,?" Ucap Selena tercekat.

___

Wah udah mulai ketauan ya Selena😱

See you in the next chapter guys🤗

Beauty [TAMAT]Where stories live. Discover now