CHAPT 3

2.7K 234 9
                                    

2 TAHUN YANG LALU

Drake berdiri didepan sebuah cermin yang menampakkan seluruh tubuhnya. Mata pria itu menatap pantulannya dengan sorot datar. Sebelah tangannya menyentuh wajah yang katanya rupawan itu.

Drake wujud manusia memang luar biasa tampan. Lebih tampan dari keturunan bangsawan yang biasa menghabiskan banyak uang untuk perawatan wajah. Tapi pria itu sama sekali tidak pernah merasa demikian.

Tampan?

Itu hanya wujud yang Dewa Arthur berikan kepadanya sebagai bentuk penyamaran. Kalau ia berkeliaran dengan wujud dewanya semua orang akan takut dan mengiranya sebagai malaikat pencabut nyawa.

Di Voresham Drake tinggal di komplek perumahan elite yang notabene diisi para bangsawan kaya raya. Terletak di ibukota bernama Voresfox.

Hal-hal aneh yang tidak pernah Drake inginkan selalu terjadi selama ia tinggal di kastil itu. Dan yang paling sering adalah para ibu-ibu bangsawan yang memiliki anak gadis.

Menawarkan anak gadisnya pada Drake untuk di jadikan istri atau selir. Hampir setiap hari ibu-ibu itu bergantian mendatanginya.

Setiap mengingat hal tersebut Drake selalu tertawa miris. Mentertawakan nasibnya yang kurang beruntung.

Ah iya, tentu saja Drake menolak. Karena yang menarik di matanya hanya gadis half-blood keturunan Anderson bernama Valerie Graciella Anderson.

Menghela napas panjang, Drake beringsut membuka almari besar berisi pakaian.

Matanya bergulir ke kanan dan ke kiri sebelum mengambil mantel hitamnya. Sebenarnya ada banyak warna lain ada disana seperti, putih, biru gelap, merah gelap, bahkan warna kuning mentereng juga ada disana.

Tentu saja itu hasil kerja Valerie yang menyuruh Drake untuk mencoba warna lain. Vale juga berkata kalau tidak suka warna terang, Drake bisa memakai warna biru gelap atau merah gelap. Tapi tetap saja yang diambil sang dewa hanya warna hitam.

Parahnya Drake memisahkan warna pilihan Vale dengan pakaian hitamnya. Matanya risih ngelihatin warna warna ngejreng begitu. Kalau Valerie tahu pasti Drake bakal di omelin tujuh hari tujuh malem karena gak ngehargai hasil kerja kerasnya.

Drake kembali berdiri didepan cermin sambil memakai mantelnya. Menaikkan dagu, sambil menaikkan sebelah alisnya. Ekspresi mengejek dan sombong jadi satu.

"Dari mana mereka melihatku tampan? Bahkan sekarang yang kulihat hanya wajah dewaku," gumam Drake.

Enggak! dia cuma merendah. Kalau lagi wujud dewa mana mungkin bisa kelihatan di cermin. Tuh orang emang gak suka di puji aja, kecuali Valerie yang muji.

*****

Hari ini Drake berniat menemui Valerie di istana untuk mengajak gadis itu mencari rubah. Sudah beberapa tahun Drake menjanjikan hewan itu pada Vale tapi sampai sekarang belum juga ia penuhi.

Namun dalam perjalanannya, Drake justru melihat pemandangan yang seketika membuatnya terasa di tikam dengan belati milik Lucia. Sakit, kebas, panas, dingin jadi satu. Hatinya seperti di sayat lalu di beri garam. Perih sekali.

Di tengah hutan yang berada tak jauh dari istana Drake melihat Valerie dengan Gale sedang berburu. Pria itu sempat melihat ketika Valerie tertawa begitu lepas, sangat lepas. Baru pertama kali ini Drake melihat Valerie tertawa seperti itu.

Hanya karena melihat Gale terjatuh terjerembab saat hendak menangkap kelinci tapi kelinci itu justru melompat kabur.

"Apa kau sebahagia itu dengannya, Vale?" Tanya Drake sendirian.

MATE FROM THE DARK [END ✔️]Where stories live. Discover now