CHAPT 23

817 97 1
                                    


MATE FROM THE DARK







Di ujung dermaga pantai Ginevra terlihat dua orang laki-laki duduk disana dengan kedua kaki yang menggantung bebas bahkan hingga menyentuh air laut, segitu panjangnya kaki mereka.

Salah satunya menengadah dengan kedua mata yang terpejam, wajahnya tampak bersinar walau di bawah teriknya matahari. Seluruh komponen yang ada di wajahnya itu menarik dan tidak membosankan walau di pandang lama-lama.

Hidungnya mancung, sepasang mata yang memiliki iris segelap lubang hitam diluar angkasa, alis tebal, bibirnya yang tipis ditambah pahatan rahangnya cukup tegas. Belum lagi kekuatan mistik yang ia miliki serta peranakan dari Dewa-Dewi yang mempunyai power sama kuatnya. Kesan sulit di gapai kian melekat pada dirinya.

Bahkan rasanya angin seperti berebutan untuk mencumbu wajahnya yang rupawan. Rambut hitamnya berantakan diterpa angin pantai menambah kadar ketampanannya.

Drake-si naga kegelapan adalah definisi sempurna tanpa cela tapi tidak untuk menjadi nyata.

Drake selalu merasa bahwa Arthur terlalu berbaik hati memberinya rupa penyamaran sesempurna ini. Tanpa Drake sadari bahwa wajah yang selalu di puja puji orang karena tak manusiawi itu memanglah paras aslinya.

Gerard sendiri sekalipun disebut sebagai dewa kematian dia juga memiliki paras rupawan. Ditambah Athena yang cantik luar biasa. Akan sangat aneh jika Drake lahir tanpa mewarisi paras dari orang tuanya.

Emang agak kurang bersyukur nih dewa.

"Sepertinya Aeliana sedang dalam suasana hati yang bagus" Rigel berkata setelah sekian lama terdiam

"Kenapa begitu?" Drake menyahut tanpa menoleh sedikitpun pada sang penguasa sungai Styx.

Rigel menghela napas lirih "yahh matahari bersinar sedang dan ini membuatku nyaman," ucap Rigel

"Ini terik. Kau saja yang tidak pernah muncul ke daratan. Yang kau lihat hanya kegelapan terus," Drake ngedumel pelan. Bisa-bisanya matahari seterik ini di bilang sedang sama Rigel.

Hening lagi melanda mereka berdua. Rigel menikmati sinar matahari yang menyentuh kulitnya. Ini adalah pengalaman berharga bagi Rigel. Sedangkan Drake menikmati angin pantai yang masih rebutan untuk mencumbu wajahnya. Pipinya terasa di belai-belai oleh jemari Valerie. Begitulah dalam khayalan Drake, makanya dia menengadah hingga tak berkesudahan.

Tiba-tiba Drake teringat sesuatu ia langsung mengubah posisi duduknya menghadap pada Rigel.

"Gel!"

"Gel apa? Geleng-geleng? Togel?" Rigel langsung mencak-mencak karena Drake memanggilnya dengan separuh nama. Rigel benci itu. Dia lebih baik di panggil pake nama Owenclaws dari pada 'Gel' gitu doang.

Gak ada alasan khusus, dia emang gak suka aja.

Drake memejam sebentar "okey, rileks. Rigel!" Drake mengoreksi

"Siap Dewa. Ada apa?" Rigel turut membenahi duduknya menghadap pada Drake. Jadi sekarang mereka berdua saling berhadapan.

"Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"

"Anything for my God. Katakan saja," ucap Rigel

Mata Drake bergulir mencari kesungguhan dibalik sorot mata lawan bicaranya. Lantas kedua alisnya naik secara bersamaan setelah mengetahui bahwa Rigel tidak mungkin main-main dengan ucapannya. Kalau dia bilang apapun, maka apapun itu yang Drake katakan akan dipenuhi oleh Rigel.

"Aku ingin kau menemui Charles. Tapi," Drake menatap Rigel tajam, dan jujur saja Rigel meremang ditatap Drake setajam itu. Laki-laki itu mengusap hidung demi mengurangi rasa gugupnya yang semakin bertambah.

MATE FROM THE DARK [END ✔️]Where stories live. Discover now