CHAPT 28

863 93 10
                                    

MATE FROM THE DARK

SONG—JANG JAE IN AUDITORY HALLUCINATION









Flashback musim gugur 25 tahun yang lalu, 2 tahun sebelum Yoshi dan Lucia ketemu dan nikah.


Hari ini Pegunungan Graniy terlihat lebih tinggi dari biasanya, hal itu terjadi karena Sang Dewa tengah berdiri di sana.

Seorang pria bertubuh tinggi, memiliki rambut berwarna ashy blond serta warna iris yang berbeda. Silver dan gold. Pria itu mengenakan pakaian warna putih gading. Ia tengah menunggu seseorang.

Tak lama kemudian udara berhembus lumayan kencang, ia mendongak sebentar melihat sosok transparan bersayap hitam legam terbang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Figurnya menjadi solid begitu kakinya menyentuh tanah. Matanya merotasi sebelum berdiri sejajar dengan pria berpakaian putih. Dari warna pakaian mereka berdua terlihat sangat kontras. Satu putih satu hitam. Pun dengan aura dan ekspresi mereka.

Mereka berdua adalah Arthur dan Drake.

"Untuk apa kau meminta bertemu disini?" Drake membuka pembicaraan, tujuannya hanya satu yaitu cepat selesai.

Seharusnya mereka bertemu di langit, di singgasana para dewa. Tapi Drake menolak. Drake itu benci banget sama Arthur. Alasannya selain karena dia gak direstui buat nikahin Lucia menurut Drake, Arthur itu sok berkuasa walau pada nyatanya Arthur memang berkuasa. Terus kata Drake Arthur itu juga sok ngatur takdir dewa lain.

"Kau masih menyukai Eleanor?" Mata Arthur memandang ke arah pulau di sebrang sana. Pulau Tandore, tempat tinggal Lucia.

Drake mendengus kasar "langsung pada intinya aku tidak suka bertele-tele,"

Arthur tersenyum tipis, layaknya sudah hafal sekali dengan tabiat dewa satu ini. "baiklah. Tapi kau sungguhan tidak ingin mendengar sesuatu dari ku?" Arthur menoleh, menatap Drake dari samping.

Diam-diam ia memuji bagaimana paras putra penguasa neraka itu. Wajahnya emang agak kurang sinkron sama tempat tinggalnya. Drake terlalu ganteng buat jadi anaknya Gerard Sang Dewa Kematian.

Drake bungkam. Bibirnya terkatup rapat, rahangnya menegas.

Anggukan ringan mengiringi cerita Arthur tentang sosok yang akan hadir dua tahun lagi. Namun Drake bodo amat, dia mikir paling Arthur ngomong gitu sekedar ngurangi rasa kesalnya.

Tangan Arthur lalu menadah, setelah itu muncul benang putih yang menyala terang dengan cahayanya. Drake melirik sedikit benda apa yang ada ditangan Arthur.

"Kau tahu ini apa, Drake?"

Mata Drake merotasi "benang takdir." Sahutnya acuh

Lagi-lagi Arthur tersenyum tipis, ia kemudian memutar tubuh menghadap pada Drake. Ia raih sebelah tangan Drake lalu meletakkan benang takdir disana.

Drake terbelalak melihat hal itu, ia menatap telapak tangannya dan Arthur secara bergantian. Tak paham dengan maksud dari Raja para Dewa itu.

"Apa ini maksudnya? Kau mengejekku?" Mata Drake menyipit

"Kelak Eleanor akan melahirkan seorang Dewi kegelapan dengan energi yang sama denganmu. Negatif,"

"Dialah yang akan menjadi pasanganmu bukan Eleanor," Arthur menjelaskan namun Drake masih menatapnya sangsi.

MATE FROM THE DARK [END ✔️]Where stories live. Discover now