1 [Bayi posesif]

80.2K 6.2K 495
                                    

kalo mau baca cerita versi Aldo disini ya, dan juga part Ily kecilnya akan lebih banyak disitu☺

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

kalo mau baca cerita versi Aldo disini ya, dan juga part Ily kecilnya akan lebih banyak disitu☺







"Bi Diaaaaaaaah! Ada Aldo nih, pacarnya bi Diah!"

"Biiiiiiiiiii! Suara berbayar main nih, katanya kangen bibi!"

Laki laki dengan alis tebal itu menyengir kepada sahabatnya setelah berteriak nyaring di rumahnya sendiri, tangannya bergerak mengusap rambutnya dengan gaya ala ala duta shampo.

Aldo selaku korban fitnah hanya bisa mendengkus, memaklumi sifat seorang Ali Kendra Alaskar yang memang selalu di luar nalar manusia.

"Bi Diah! Aldo kangen nih sama bibi, mau peluk katanya tapi malu!"

Lagi, Aldo hanya bisa meliriknya dengan malas. Lalu kedua laki laki dengan seragan SMA itu segera duduk di karpet begitu sampai di ruang tamu, sebenarnya ada tiga sofa yang terlihat sangat empuk disana, tapi jiwa miskin mereka sangat kental walaupun sebenarnya uang jajan mereka tiap harinya cukup untuk membeli 20 bungkus nasi padang.

Bagas yang tadi tertinggal di luar karena sibuk menelepon pacarnya kini datang, dia segera duduk di samping Aldo, lalu sebelah tangannya yang dekat dengan meja langsung meraba toples cemilan yang sudah biasa menjadi sahabatnya begitu mereka ada di rumah Ali.

"Gue nggak tau harus merasa beruntung atau sial karena bu Desty jadiin kita satu kelompok," ujar Bagas, mulutnya mulai lancar mengunyah makanan. "Oke! Bagusnya karena emang kita satu frekuasi dari TK."

"Tapi mikirlah anjing!" Mata Bagas melotot. "Kebegoan kita udah sampai ginjal! Ini gimana mau ngerjain tugasnya?"

"Gue gak tau, apa yang bisa gue harapin dari kalian berdua."

Aldo melirik ke arah wajah Bagas yang frustasi, kemudian laki laki yang sering Ali juluki 'Suara berbayar' itu hanya mengangkat bahunya acuh dan memilih tiduran di karpet.

Bukan asal menamai, sampai Aldo di juluki suara berbayar. Tapi memang laki laki itu paling irit bicara dan hanya akan bicara jika dia punya keinginan bersuara, itupun bisa Ali perkirakan hanya terjadi saat bulan purnama saja, sisanya hanya takdir yang bisa merubah segalanya.

"Santai Gas, santai," Ali meletakkan tasnya di sofa, dia tersenyum dengan alis naik turun. "Gue udah telfon pacar gue si Megan, katanya di udah di jalan."

Wajah tertekuk Bagas seketika berubah cerah. "Lo emang buaya tingkat social distancing sih Li," puji Bagas setengah takjub setengah mencaci.

"Wajah doang kek anak alim yang jaga jarak sama Ukhti, padahal mah nemu tokek betina lewat aja udah pasti lo pacarin, kan?"

Ali tertawa geli mendengarnya, dia tidak bisa menampik kalau yang di katakan Bagas itu tidak benar. Karena memang nyatanya dia seperti itu dan Ali bangga dengan ke play boy-annya.

"Allah waktu bikin wajah ganteng buat gue ini dengan rasa gembira, jadi gue gak boleh mengecewakan Allah, makanya gue harus memanfaatkannya dengan baik," kata Ali dengan gaya tengilnya.

OM Tetangga [PART LENGKAP]Where stories live. Discover now