20 [Laras hamil]

36.8K 3.5K 349
                                    

Suara tarikan napas berat dengan di sertai desahan lembut terdengar dalam mobil hitam, dinginnya ac mobil seakan tidak berfungsi kali ini. Semuanya terasa panas bahkan hanya karena sebuah hisapan lembut di kulit putih itu.

Gadis itu sampai mendongakkan kepalanya, suara halus desahannya semakin membuat kerja mulut Ali bergerak tergesa-gesa, kedua tangan laki-laki itu menggenggam erat pinggangnya hingga ia tidak bisa berkutik untuk menjauh.

Napas keduanya memburu, Ali berhenti sesaat dari aksinya dan menatap wajah berpeluh gadis di depannya dengan senyum tipis. "Yakin masih mau sekolah, hm?"

Ily mengangguk pelan, ia menarik napas banyak banyak, seolah pasokan oksigen di dalam mobil itu sangat menipis hingga membuatnya terasa sesak.

Tangan besar Ali menangkupnya dengan kuat, terasa begitu pas di tangannya, tidak lebih dan tidak terlalu kecil. Membuat laki-laki itu gemas dan semakin kuat menggenggamnya.

"Om! Sakit.." Ily menjerit tertahan.

Ali tertekekeh pelan, melepas tangkupannya lalu mengambil tissue di dasboard dan membersihkan bekas basah di kedua sisi dada gadis itu. Laki-laki itu tersenyum melihat bekas merah karena ulahnya sendiri, lagi Ali mengambil tissue sambil sesekali kalap menekannya hingga membuat Ily kembali merengek kesal.

"Buruan, udah mau masuk om!" Rengeknya dengan suara serak.

"Nanti mau di jemput om atau Ayah?" Tanya Ali sambil memasangkan satu persatu kancing seragam gadis dalam pangkuannya itu.

Ily menggeleng lalu kedua tangannya ia letakkan di bahu laki-laki itu. "Nanti Ily gak langsung pulang, mau ada kerja kelompok dulu sama Arafah."

"Ada Agam?"

"Nggak, kan beda kelas."

Ali mengangguk, mengusap kening Ily yang lengket karena keringat yang membanjiri wajahnya. "Nanti ke nikahan om Bagas berangkat sama om Ali, kan?" Tanyanya dengan nada lembut.

Ily mengangguk cepat, ia memeluk laki-laki itu dalam beberapa detik lalu berakhir mengecup bibirnya. "Om Ali kapan nikahin Ily?"

Ali tertawa pelan mendengar. "Hari minggu kalau nggak hujan."

"Om!!" Ily merengutkan wajahnya, ia menatap kelain arah dengan kesal. "Ily serius tau tanyanya."

"Iya Ly."

"Iya apa?" Ily kembali menatap wajah laki-laki yang memangkunya, matanya melebar dan bibirnya mengerucut hingga terlihat sangat menggemaskan. "Iya apa?!"

"Iya, apa om?"

Ali mengangkat tubuh Ily lalu mendudukan gadis itu di sampingnya, memiringkan badan kemudian mendekatkan wajahnya pada Ily. "Iya, nanti kamu jadi tamu di pernikahan om Ali sama cewek lain."

"Om!!"

"Bercanda dek," laki-laki itu mencium gemas kedua pipi Ily lalu merapikan lagi rambutnya. "Udah sana masuk, nanti telat kamu."

"Yaudah, Ily masuk ya?"

"Hm.."

Ily menyipitkan matanya, lalu mengambil tasnya di belakang dan memakainya dengan cepat. Gadis itu membuka pintu mobil dan menatap Ali sesaat. "Ily masuk ya om, dadah."

"Iya dadah sayang.."

Dan gadis itu langsung pergi setelah tersenyum beberapa detik, ia berlari masuk melewati pagar dengan langkah paling semangat.

Ali tersenyum gemas melihatnya, bisa-bisanya dia begitu menyukai gadis kecil itu sampai rasanya ingin ia makan agar tidak ada yang mengambilnya, Ali benar-benar menyayangi gadis itu.

OM Tetangga [PART LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang