36 [patah]

18.6K 2.3K 416
                                    

"KAMU KALAU MAU MATI YAUDAH MATI AJA! NGAPAIN KAMU SELAMA INI HARUS MINTA BANTUAN AKU? BODOH!"

"KAMU PIKIR AKU NGGAK BUANG WAKTU UNTUK PROSES HUKUM FAHRI? KAMU PIKIR AKU NGGAK CAPEK?!"

"BISA NGGAK KAMU SEKALI AJA JANGAN JADI PEREMPUAN BEGO! UDAH BEGO MAU DI HANCURIN SAMA LAKI-LAKI TERUS BEGO JUGA MILIH MATI!"

"YANG PUNYA MASALAH BUKAN CUMA KAMU AJA RAS, BANYAK! TAPI NGGAK ADA YANG SEBEGO KAMU MILIH MENYERAH!"

"TAU GINI, AKU MENDING NGGAK USAH BANTU KAMU!"

Tanpa bisa di tahan, perasaan marah itu membuncah dan Ali tidak bisa mengendalikan emosinya. Ia benar-benar ingin memaki Laras, perempuan bodoh yang sekarang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit setelah tadi mencoba menyakiti dirinya sendiri dengan menenggak cairan pembersih kamar mandi.

Ali mungkin tidak akan semarah ini jika ia tidak terlanjur membantu Laras, seandainya dia tidak ikut campur dan banyak membuang waktu untuk mengurus proses hukum Fahri, ia tidak akan emosi melihat Laras malah mencoba bunuh diri setelah apa yang ia lakukan untuk membantu perempuan itu.

Harusnya Laras berterima kasih karena Ali masih memiliki hati untuk mau repot-repot memenjarakan laki-laki yang telah merusak perempuan itu, harusnya Laras bisa bersyukur karena hampir bebas dari teror Fahri.

Ya itu harusnya..

Tapi Laras bukan tipe perempuan pintar yang akan bersyukur dan kembali melanjutkan hidupnya, dia benar-benar sangat bodoh hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya hanya karena takut anaknya lahir tanpa Ayah dan kemudian di cemoh oleh orang-orang.

"Maaf.." Laras melambaikan tangannya dengan gemetar.

"M-maaf udah ngebuat waktu kamu terbuang- maaf bikin kamu harus ikut dalam masalah aku. Aku cuma takut Li, aku takut untuk nerusin hidup. Mama sama Papa pergi entah kemana, teman-temanku juga udah ninggalin aku, bahkan kemarin pihak rumah sakit mecat aku karena kasus ini.."

"Aku bingung gimana nerusin hidup apalagi dengan nanggung anak ini sendirian."

"Aku takut Li, aku takut nggak akan ada orang yang mau menerima aku," ujar Laras terisak. Tangannya yang masih tertancap jarum infus kini di gunakan untuk menutupi wajahnya.

Ali bergeming.

"Aku takut.."

"Aku nggak tau harus lanjutin hidup gimana lagi, semua orang udah benci sama aku."

"Ras?" Ali menggeram tertahan, laki-laki tertawa hambar. "Kalau aku benci sama kamu, atau Ily benci sama kamu. Aku nggak akan ada disini temui dan marah kayak gini."

"Jangan berpikir kamu adalah orang paling menyedihkan di dunia, nggak Ras! Orang-orang yang memilih ninggalin kamu, mungkin mereka bukan yang terbaik atau bisa aja mereka cuma sedang kecewa sama kelakuan kamu," laki-laki itu berhenti sejenak. "Ily minta aku bantuin kamu karena dia nggak ben-"

"KALAU KAMU EMANG MAU BANTU AKU, KENAPA NGGAK NIKAHIN AKU?" Sela Laras berteriak histeris.

"KAMU BISA BANTU AKU BEBAS DARI FAHRI, TAPI NGGAK BISA BEBASIN AKU DARI KETAKUTAN DI BENCI SEMUA ORANG!"

"AKU NGGAK BUTUH FAHRI DI TAHAN LI! NGGAK SAMA SEKALI!" Bahu Laras berguncang, tangisnya semakin kuat. "AKU CUMA BUTUH ORANG UNTUK BANTU AKU LEWATIN SEMUA INI, AKU BUTUH ORANG YANG BISA LINDUNGI AKU DARI HINAAN ORANG-ORANG LI! CUMA ITU!"

Dengan perlahan, laki-laki itu berjalan mendekati tempat Laras berbaring. Ali menarik napas berkali kali. "Aku nggak ngerti sama jalan pikir kamu Ras, terlalu bego! Ily aja yang taunya cuma makan es krim, dia bisa bedain mana yang harus dia takuti dan mana yang nggak."

OM Tetangga [PART LENGKAP]Where stories live. Discover now