48 [baby]

15.5K 1.9K 111
                                    

Tepat 3 jam sesudah saat-saat menegangkan bagi Ali namun biasa saja bagi Ily, akhirnya bayi laki-laki itu lahir dengan selamat. Ali langsung mengadzaninya, tapi sebelum itu ia menyuruh semua orang yang berada di dalam ruangan itu untuk diam dan mendengarkan adzan dari suara yang katanya paling merdu di dunia.

Bayi itu sudah di bersihkan, Ily sudah melihatnya dan ia terlihat senang karena katanya anak mereka mirip boneka boboiboy, pipinya chubby dan merah mirip boboiboy di episode mabuk kue yaya.

"Namanya siapa tadi?"

"Baby El."

"Nama panjangnya?"

"Yaudah El doang, nggak ada lagi."

"Wah orang tua yang mendidik anaknya pelit sejak dini, nama aja cuma satu kata, tapi omong-omong mirip Ali ya dikit?" Tanya Bunda terlihat gemas.

Mama Nadia menggeleng. "Ah nggak deh, amit-amit kalau mirip Ali nanti gedenya nggak benar."

"Mata sama alisnya mirip Ali mbak, ya kalau kelakuan semoga nggak."

"Mending mirip tetangga dari pada mirip Ali."

Ali membulatkan matanya, ia tidak terima dengan ucapan yang keluar begitu indah dari mulut Mamanya sendiri. "Ma mana bisa gitu, itu anak Ali-" protesan Ali terhenti ketika Mama Nadia melotot lalu membuang muka.

Ali menarik napas panjang, berusaha bersabar.

"Kalau udah ada gejala bakalan mirip Ali, mending langsung di ruqyah tante. Kasian masih muda," timpal Bagas yang baru saja masuk setelah membeli minuman bersama Aldo.

Bagas tersenyum lalu memberikan beberapa botol minuman kepada orang tua Ali dan Ily. "Pokoknya tante, jangan sampai ada Ali versi sachet!" Tambah Bagas mengompori.

Mama Nadia dan Feni langsung mengangguk setuju, tidak ingin cucu pertama mereka mempunyai sifat gatal pada perempuan seperti Ali.

"Eh mulut lo gue kepang ya, Gas?!" Ujar Ali dengan mata menatap tajam.

Bagas cengengesan, buru-buru bersembunyi di belakang punggung Aldo. "Kepang nih kepang!" Balas Bagas memancing.

"Eh sini lo siala-"

"Benar kata teman kamu, sifat kamu nggak boleh nurun!" potong Satria dengan tegas.

Ali lagi-lagi di buat menghela napas, ia tidak boleh emosi, nanti dia cepat tua dan Ali tidak ingin anaknya malah memanggil dirinya kakek bukan Papa.

"Om suami!" Rengekan itu membuat Ali menoleh dan berjalan mendekati Ily, perempuan itu tadi tidur kembali setelah katanya sedikit lelah.

"Mau minum?" Tanya Ali dengan lembut, Ily menggeleng.

"Ada yang kamu mau?"

Ily kembali menggeleng, matanya memperhatikan Bunda dan Mama yang terlihat begitu menyayanginya bayinya, Papa dan Ayah juga terus tersenyum. Mereka menjadikan anaknya pusat perhatian, bahkan mereka hanya melirik Ily dan kembali memuji bayinya.

"Jangan banyak gerak, bekas jahitannya nanti kenapa-napa."

Ali langsung menegur dengan suara pelan ketika Ily akan bergerak melihat anaknya di gilir oleh para orang tua, mereka berebutan mencium bayinya.

"Di cium-cium babynya om, nanti kebauan," Ily mendumel, memperhatikan mereka dengan tatapan tidak senang. "Jahat banget, nanti kalau anak Ily pingsan gimana?"

Ali terkekeh. "Nggak akan, itu mereka bukan jahat tapi sayang."

"Sayang kok sama yang bayi mulu, kan yang sakit Ily," gumamnya pelan dan ketus.

OM Tetangga [PART LENGKAP]Where stories live. Discover now