24 [Lagi nenenin om Ali]

45.4K 3.5K 439
                                    

"Mana anak itu?"

"Iya mana? Mau gue kasih pelajaran dia, berani-beraninya ganggu Ily selain gue."

Aldo menggeleng malas, memperhatikan Ali dan Bagas yang baru saja keluar dari mobil setelah tutorial mempermalukan diri beberapa menit lalu. Aldo pikir bertambahnya usia akan membuat seseorang juga bertambah dewasa, tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk kedua temannya.

Suasana depan sekolah Ily sudah sepi setelah Aldo menyuruh Agam pergi, Arafah pun juga ikut ngacir lari karena ketakutan melihat kejadian tadi.

Sumpah, Aldo pasti tidak akan melupakan kebodohan hari ini.

"Mana woi si Gam-Agam itu? Mau gue tonjok nih, sekarang gak ada yang boleh ganggu calon bini mungil gue," Ali terlihat sangat bersemangat, kedua tangannya sampai membentuk tinjuan dan matanya terus menyipit tajam.

"Mana Do, anak itu?" Tanya Bagas.

Aldo tidak menjawab, terlalu malas meladeni mereka berdua. Ia hanya melirik Ily dan menyuruh gadis itu masuk ke dalam mobil. "Masuk Ly, nggak baik di masa pertumbuhan kayak kamu lihat orang aneh," ujar Aldo tanpa rasa bersalah.

Ily dengan cepat mengikuti perintah Aldo, dia juga sangat malu melihat kelakuan Ali dan Bagas siang ini.

Mereka meninggalkan Ali dan Bagas di luar dengan tatapan bingung, Ali menoleh kearah mobilnya sekilas lalu melirik Bagas di sampingnya. "Kayaknya si Agam ketar-ketir ketakutan sama kita, Gas. Makanya dia kabur sekarang," ujar laki-laki itu masih percaya diri.

Bagas mengangguk setuju. "Pastilah dia takut, om-om Ily ini kan keren semua."

"Hm, anak muda jaman sekarang, beraninya cuma ngejar satu perempuan aja."

Bagas melirik Ali, ia terlihat geli pada sahabatnya itu.

"Gue aja waktu muda sampai berani deketin guru, cewek satu sekolah hampir gue pacarin semua," lanjut Ali makin menjadi-jadi. "Si Agam cuma berani ngejar calon gue doang, nggak ada letak kejantanannya sama sekali."

Kepala Aldo tiba-tiba mencuat dari jendela mobil, laki-laki itu terlihat sangat malah menatap keduanya. "Buruan masuk anjing, mobil nggak akan jalan kalau gak ada supir," katanya dengan geram.

Ali dan Bagas menyengir, keduanya buru-buru masuk ke dalam mobil sebelum manusia yang mereka namakan Bunda Frozen itu makin marah.

"Ily duduk di depan sama om," ujar Ali saat bokongnya sudah duduk nyaman di kursi kemudi. "Buruan, dek."

Ily menggeleng lalu memegang bahu Aldo dengan kuat. "Gak mau, Ily malu punya om kayak om Ali."

"Ly.."

"Nggak mau!"

"Yaudah mobil nggak akan jalan kalau kamu duduk di belakang," kekeh Ali, kedua tangannya langsung terlipat di depan dadanya dengan tatapan pura-pura marah. "Om juga nggak akan jadi beliin kamu sepatu."

Ily berdecak, namun tetap berpegangan pada lengan Aldo. "Ily mau duduk sama om Aldo, kalau duduk sama om Ali, paha Ily sering di cubit."

"Tapi enak, kan?" Tanya Ali sambil menoleh ke belakang.

Ily terdiam sebentar, bibirnya cemberut kemudian kepalanya perlahan mengangguk. "Iya dikit, ingat ya? Enaknya dikiiiiiiiiit banget."

"Makanya duduk di depan."

"Nggak."

Aldo menghela napas melihatnya, ia melirik Bagas dan menggerakkan kepalanya seolah menyuruh Bagas untuk turun dan berpindah ke belakang, lalu tatapan laki-laki itu beralih pada Ily. "Ily, hari ini kita mau pergi cari contoh undangan, cari butik untuk fitting baju pengantin, cari gedung untuk nikah."

OM Tetangga [PART LENGKAP]Where stories live. Discover now