51 [End]

20.2K 1.8K 347
                                    

Beberapa tahun kemudian..

"BUNDA, AH MATI AKU!"

Teriakan perempuan itu menggema di seluruh ruangan yang ada di rumah bersamaan dengan bunyi benda jatuh yang cukup keras.

Ily melihat tangannya yang memerah, ia hampir menangis. Cepat-cepat perempuan itu duduk di kursi sambil meniup tangannya.

"Tuh kan, ih!! Gara-gara om suami nih mainnya kemalaman jadi telat kan bangunnya, mau aku uninstal aja deh suami kayak dia. Tapi caranya gimana? Ih."

"Gak boleh nangis, gak boleh nangis!" Ily mendongak, menahan genangan air mata yang menggumpal di pelupuknya.

"Aku udah kuliah, anak udah TK, suami masih satu. Pokoknya udah nggak boleh cengeng, jangan nangis please.." gumamnya dengan suara serak.

Suara langkah kaki terdengar dan sosoknya muncul di ambang pintu, bi Laila nampak panik buru-buru mendekati Ily yang masih terduduk. Wanita paruh baya itu melihat tangan Ily dengan rasa khawatir.

"Kena panas ya?"

Ily mengangguk pelan. "Tadi goreng nugget bi, minyaknya nakal loncat-loncat ke tangan aku," perempuan itu cemberut, seperti anak kecil yang sedang marah walaupun tahu dia salah.

"Aku kan cuma mau bikin bekal buat om suami sama L, dari kemarin aku sempatin liat tutorial di yutube, tapi minyak itu kayaknya benci aku deh," tangan kiri Ily menunjuk kearah kompor yang masih menyala dengan asap mengepul di atas wajan. Bi Laila buru-buru mematikannya.

"Kenapa sih aku kan gorengnya baik-baik, udah baca bismillah juga. Kenapa minyaknya kena aku?"

"Yaudah biar bibi aja nanti yang goreng, non lain kali hati-hati. Bibi ambilin salep dulu ya," katanya dengan lembut.

Ily hanya mengangguk, masih meratapi tangannya dengan sedih. "Malang banget nasib kamu tangan, padahal baru kemarin ganti body lotion udah kena testi aja."

Kemudian setelah bi Laila pergi, Ily melihat tangannya dan perempuan itu cemberut, ia melirik kearah pintu ketika sebuah langkah terdengar dan sosok Ali datang dengan wajah mengantuk.

Laki-laki itu menuangkan air dari botol ke dalam gelas, meminumnya dengan santai hingga tidak sadar seorang perempuan sedang memelototinya dari dua puluh detik lalu.

"Semoga keselek, semoga keselek. Amin," desisnya sambil menatap tajam kearah Ali yang masih belum juga sadar istrinya sedang duduk di hadapannya dengan wajah menahan tangis.

"Ih, doanya loading, apaan nggak keselek."

Dan ketika bi Laila datang langsung menarik tangannya untuk di obati, barulah Ali sadar bahwa perempuan itu tengah menatapnya sambil sebelah tangannya di olesi salep.

"Kenapa bi? Tanya Ali, laki-laki dengan boxer Iron man itu menunduk menatap Ily.

"Kena minyak panas, pak."

"Masih sakit, bun?" Tanya Ali setelah bi Laila selesai mengobatinya.

Ily menggelengkan kepalanya dengan gerakan lambat, walaupun tidak mau mengaku tapi air mata yang menggenang di pelupuk matanya sudah menjawab pertanyaan Ali.

"Nggak sakit, mana ada bundanya ultramen sakit. Ily nggak lemah om," katanya sambil mengangkat bahu. Kakinya kemudian melangkah ke ruang tamu yang sepi, Ali mengikutinya.

Perempuan itu lalu duduk di sofa, menekuk kedua lututnya lalu meletakkan dagunya disana. Ily terus menghapus air matanya yang akan jatuh, kemudian menunjukkan jari jempolnya kearah Ali seolah-olah memberitahu bahwa dia baik-baik saja.

OM Tetangga [PART LENGKAP]Onde histórias criam vida. Descubra agora