50 [memaksa dewasa]

14.7K 1.6K 119
                                    

Ily tidak mengerti akan kebiasaan bayi yang suka pup atau lapar pada saat tengah malam, maksudnya apakah tidak bisa di tahan sampai pagi saja? Setidaknya Ily tidak harus selalu begadang karena terbangun oleh tangisan anaknya.

Perempuan itu juga tidak mungkin membangunkan bi Laila selarut ini, asisten rumah tangganya itu sudah bekerja seharian dan Ily tidak tega mengganggu istirahatnya.

Sudah tiga minggu saja terlewat, ternyata waktu akan berjalan cepat untuk orang yang sibuk, Ily tidak menyadari kalau dia sudah menjadi seorang ibu. Rasanya lucu, padahal dia sendiri masih suka menangis dan kini dia harus di paksa tahu bagaimana cara menghentikan tangisan seorang bayi.

Lalu setelah selesai menggantikan celana dan popok bayinya, Ily menggendongnya sambil melirik Ali yang tidur pulas dengan posisi tengkurap. Dasar, orang tua satu itu memang tidak tahu diri!

"Ssttt jangan nangis, ayo kita keluar. Kita nonton drakor, nanti Bunda kenalkan kamu sama suami Ldr-an Bunda, ada mas Ji chang wook, mas joongki, dan banyak lagi," bisik Ily ketika anaknya mulai menangis.

"L anak ganteng, diam ya. Habis ini nenen kok."

"Sssstt udah diam ya? Ada ciwi-ciwinya juga lho L di drakor, nanti pasti kamu melotot deh kalau liat mereka," lanjut Ily.

Seketika L langsung diam dan tenang.

Ily meringis melihatnya, dia jadi khawatir kalau sewaktu-waktu arwah play boy yang hidup di diri seorang Ali kini berpindah pada anak mereka. Ily tidak mau anaknya suka tebar pesona seperti kelakuan Ayahnya.

"Ih jangan menggatal kayak Ayah dong L, nggak baik tau punya sifat buaya turunan. Lagian kamu kan baby ultramen, mana ada ultramen suka selingkuh," kata Ily sambil berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur untuk membuat coklat panas, Ily tiba-tiba saja ingin coklat panas setelah sore tadi menonton Boboiboy dan si tok Abah sedang membuat coklat untuk Gopal.

Setelah selesai, perempuan itu kemudian membawanya ke ruang TV yang sepi dan meletakkan gelas itu di atas meja.

Ia menyalakan tv dan menekan volume paling rendah, lalu menyusui L dengan tenang.

Biasanya Ily di jam-jam seperti ini tidak pernah berani keluar kamar karen takut hantu, namun karena tuntutan menjadi seorang ibu membuatnya mau tidak mau harus berani. Mulai hari ini dia harus belajar dewasa, dia tidak boleh lagi suka merengek, tidak boleh mengerjai orang atau menangis hanya karena lututnya terbentur.

Pokoknya dia harus menjadi wanita yang kuat dan dewasa, tidak boleh jadi anak manja seperti dulu.

"Waah, ada bayi lagi nenenin bayi nih."

Bertepatan dengan Ily yang akan mencari judul film, sebuah suara mengganggunya. Perempuan itu refleks menoleh melihat Ali yang sedang menguap lebar-lebar seakan isi dunia akan tersedot ke dalam mulutnya.

Laki-laki itu kemudian berjalan kearah Ily, menaikkan kedua alisnya karena belum mendapat respon dari perempuan itu.

"Apasih sok tanya-tanya, kayak suami istri aja," Ily membalas dengan angkuh.

"Heh, kita kan memang suami istri?"

Ily memutar bola matanya malas. "Mana ada suami istri, istrinya sibuk urus anak suaminya malah sibuk berputar di tempat tidur," ketusnya, lalu kembali mencari judul film tanpa merasa terganggu ketika Ali meletakkan kepalanya di bahu perempuan itu.

Ali mengangguk, menguap sekali lagi dan memperhatikan bayi laki-laki yang sudah hampir pulas di hadapannya itu.

"Kan suami keren kamu ini bekerja," ujar Ali membalas dengan tenang, ia kembali duduk dengan tegak seraya mengusap kepala Ily. "Cari uang untuk foya-foya dan buat pamer ke Bagas. Itu bisa jadi suatu kebanggaan buat kamu yang punya dendam sama dia dari kecil, iya kan?"

OM Tetangga [PART LENGKAP]Where stories live. Discover now