28[Habis bikin Baby]

38.1K 3K 835
                                    

Sudah jam 10 pagi, cahaya matahari yang menyelinap masuk melalui celah gorden menyorot wajah perempuan yang sedang tertidur pulas dengan selimut menutupi separuh wajah lugunya. Tapi mau sepanas apapun sinar matahari menerpa wajah itu, tampaknya Ily akan lebih memilih memejamkan matanya setelah rasa lelah yang dia lewati semalaman.

Kedua benda pipih yang tergeletak mengenaskan di lantai kini berdering secara bersamaan, suaranya begitu nyaring bahkan mengalahkan konser tunggal dari biduan ternama. Ada lebih dari 40 panggilan tak terjawab dari dua handphone itu, suara buble pesan tidak henti-hentinya masuk hingga seperti bom yang di ledakkan berulang-ulang.

Tapi mau seberisik apapun kamar hotel itu, sang penginap kali ini tetap tidak terganggu.

Sampai kemudian entah untuk dering keberapa kalinya, kepala Ali akhirnya menyembul dari dalam selimut setelah semalaman wajahnya seperti di beri lem cina yang menempel kuat di lekukan dada istri bocilnya.

Entah melakukan apa, hanya Ali dan hati mungil bersihnya yang tahu.

"Handphone kamu bunyi, dek." Ujar Ali dengan suara serak, matanya masih setengah terbuka. "Angkat buruan, berisik banget."

"Handphone om Ali juga.. bukan punya Ily doang," balas Ily mendengus, kakinya yang masih di dalam selimut menendang kuat tubuh Ali hingga terjatuh dari tempat tidur. Gadis yang sudah tidak bisa katakan gadis lagi itu membalikkan badannya dan kembali tidur pulas.

"Shhh!" Desis Ali sambil mengusap bokongnya yang baru saja mendapat musibah tendangan sekaligus tabrakan maut dengan lantai.

Mata laki-laki itu menyipit, memandangi handphonenya yang menyala. Lalu sebelum meraih benda persegi itu, Ali lebih memilih mengambil celana pendeknya yang berada di karpet dan memakainya sambil selonjoran dengan malas.

"Dek, di handphone kamu 56 panggilan tak terjawab dari Bunda," ujar Ali memberitahu pada Ily, mata laki-laki itu masih setengah mengantuk. "Ngapain sih Bunda kamu nelfon sampai banyak gini, kamu ada hutang negara sama dia?"

Ali bergeser malas meraih handphonenya sendiri, sejenak dia terdiam memandangi layar persegi itu.

"70 panggilan tak terjawab dari Mama, 89 panggilan tak terjawab dari Bumer, 137 panggilan tak terjawab dari Aymer terus ini ada chat pakai huruf kapital bacanya BALIKIN ANAK KITA ANJ-" mata Ali seketika melebar, mulutnya menganga setelah ia sadar apa kesalahan besar yang baru saja ia buat.

Laki-laki itu lupa mengembalikan Ily ke rumahnya, padahal rencana Ali semalam dia hanya akan menculik Ily sampai jam tiga dan akan mengembalikan perempuan itu sebelum Feni atau Satria bangun, tapi Ali salah perkiraan, ternyata malam pertama membuat dia lupa segalanya.

Mati gue!

Ali segera bangun, kemudian memunguti pakaiannya dan pakaian Ily dengan panik, ia melihat jam di handphonenya dan berdecak berkali-kali. "Mampus! Gue jadi perkedel geprek habis ini!"

"Gue jadi Ali krispy."

"Ali balado?"

"Atau gue bakalan di jadiin soto Ali? Anjir! Kenapa bisa kebablasan gini sih," geram Ali lalu mengacak rambutnya frustasi.

Laki-laki itu meloncat ke tempat tidur, memukul-mukul dengan panik pantat Ily agar segera bangun. "Ly, bangun heh! Ayo pulang."

"Ily bangun! Sebelum om jadi buronan psycopath, kita harus pulang."

"Nanti om.." balas Ily merengek.

"Bangun Ly, ini darurat. Om bisa mati kalau gak buruan balikin kamu."

"Apasih om Ali, Ily masih ngantuk.."

"Dek, orang rumah pada nyari kita."

Detik itu juga Ily langsung bangun, matanya melotot lebar dan wajahnya panik. "Jam berapa sekarang om?" Tanyanya heboh.

OM Tetangga [PART LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang