18 [Raja modus]

29.7K 3.3K 324
                                    

Sejak gadis itu mau di ajak pergi dari sekolah, dia sama sekali belum mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan suara isakannya sudah tidak lagi terdengar dan hanya tersisa dengusan marah dari suaranya.

Ali menghela napas berkali-kali, sambil melirik Ily yang sedang menatap keluar mobil. "Ly.. bicara apa gitu? Jangan diemin om Ali," katanya membujuk, namun sama sekali tidak membuat gadis itu bergerak apalagi mengeluarkan suara.

Laju mobil itu makin melambat ketika mulai memasuki perkomplekan, Ali sekali lagi melirik Ily lalu tangannya bergerak mengusap lengan gadis itu. "Tadi sakit ya? Maaf, om yang salah."

Ily dengan cepat menepis tangan Ali, tubuhnya bergeser makin memepet pada pintu mobil.

"Ly, kenapa sih?"

"Om marahin kamu pagi tadi karena kamu gak sopan, sikap kamu tadi kelewatan, dek. Kamu boleh marah tapi nggak dengan ludahin wajah orang, kalau kamu di ludahin apa kamu mau?"

Gadis itu menoleh dengan tatapan sinis, tangannya merambat kearah dasbord mobil lalu mengambil sebuah earphone milik Ali. Ia memasangkan kabel itu ke ponsel dan kemudian ke telinganya, lalu menyalakan music dengan volume paling kuat hingga suara Ali tidak lagi terdengar.

Ily kembali menatap keluar mobil, mengabaikan Ali dengan semua kata-katanya.

"Ly.. astaga!"

Ali mengusap wajahnya dengan kasar, dia benar-benar hampir gila menghadapi Ily yang terus mendiaminya, Ali pikir gadis itu tidak akan semarah ini, dia kira akan sama dengan masalah-masalah sebelumnya, Ily hanya akan meminta Ali memutuskan pacarnya dan Ali melakukan itu, kemudian semua selesai dan Ily tidak akan marah lagi. Tapi kali ini berbeda, Ily sampai tidak ingin bicara dengannya.

Ali bisa gila kalau terus di diami seperti ini.

"Kamu boleh marah sama om Ali sesuka kamu, tapi jangan diam gini, Ly. Om bisa gila!" Geramnya setengah membentak, tapi volume musik itu sangat kuat hingga suara Ali sama sekali tidak terdengar.

Laki-laki itu berdecak, lalu mobilnya ia hentikan begitu sampai di depan rumah milik Laras.

"Ly," Ali menarik earphone itu dengan paksa, napasnya memburu dan matanya menatap Ily dengan tajam. "Jangan diam, om bisa gila kalau kamu diam terus."

Wajah Ily berubah datar, matanya memandangi Ali tanpa berkedip.

"Ly, semarah itu ya?"

Ily masih diam, tatapannya makin dingin.

"Ly.. ngomong dong, ayo marah sama om Ali, ayo keluarin semua kekesalan kamu," ujarnya benar-benar frustasi di diami seperti itu.

"Ly!"

Tiba-tiba gadis itu mengacungkan jari tengahnya ke wajah Ali, lalu satu kata yang keluar dari bibir tipisnya mampu membuat laki-laki itu terperengah sesaat.

"Fuck!" Ujar Ily dengan penuh penekanan.

Ali lemas mendengarnya, semarah itukah gadis ini sampai berani berkata kasar?

"Ly?"

Ily tidak berkata apapun lagi, gadis itu langsung membuka pintu mobil dan keluar, berdiri di depan pagar rumah Laras menunggunya keluar juga.

Ali mengacak rambutnya dengan marah, berusaha menghilangkan semua emosinya melalui rambutnya itu. Lalu ia memandangi Ily yang masih berdiri di tempatnya, laki laki itu menghela napas makin kuat. "Sabar, lo yang salah, Li. Gak boleh marahin dia lagi."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OM Tetangga [PART LENGKAP]Where stories live. Discover now