02 | Senja

74 21 0
                                    




•Happy Reading!•






Keeflan Ardiaz, nama panjangnya. Dia biasa dipanggil Keef oleh orang-orang di sekitarnya. Usianya 18 tahun. Usia yang cukup matang untuk proses remaja menjadi dewasa.

Keef beda dari anak-anak lain. Dia selalu berada di rumah. Keluar rumah pun terbilang jarang. Jangankan hanya sekadar keluar rumah. Bertemu orang baru saja dia sulit. Hal ini dikarenakan Keef mempunyai trauma yang sangat menyakitkan. Ya, Keef sakit jiwa.

Alasan itu juga lah yang membuat orang-orang menyebutnya gila. Keef tidak marah. Terserah orang-orang itu mau bilang apa. Dari dulu, Keef selalu diajarkan untuk bersabar dan tidak membalas dendam kepada orang-orang yang jahat kepadanya.

Sampai saat kejadian itu, Keef bertemu dengan seorang perempuan. Keef memang tidak bisa bela diri. Saat itu yang bisa dia lakukan hanyalah berteriak meminta tolong. Namun, apalah daya lingkungan perumahan itu sepi.

Tiba-tiba seorang cewek datang. Awalnya dia terlihat tidak peduli. Namun, Keef memohon lewat tatapannya. Akhirnya cewek itu mau membantunya. Hati Keef lega saat itu. Ia pikir dirinya akan berakhir disana.

Rin adalah cewek pertama yang ditemuinya. Dan sekarang perempuan itu tinggal di depan rumahnya.

Tidak dipungkiri setelah kejadian itu, Keef mulai tertarik dengan Rin. Pertama kalinya ia merasakan hal yang seperti ini—orang-orang menyebutnya cinta.

Ya, Keef jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Ma, " panggil Keef di sebelah Aruna, mamanya.

Keef menunduk sambil membasahi bibirnya. Ia membasuh beberapa macam sayuran di wastafel.

"Ya, nak?" Sahut Aruna.

"Mama tahu anak cewek yang tinggal di seberang rumah kita?" Tanya Keef.

"Rin?"

"Namanya Rin?" Aruna mengangguk.

"Kenapa kok tiba-tiba nanya Rin?"

Keef menggeleng pelan, "Cantik aja, ma. "

Aruna tersenyum singkat. Keef ternyata sudah tahu bagaimana memuji seorang perempuan.

"Ehem, anak mama udah mulai suka-sukaan, nih. " Goda Aruna sambil menyikut lengan anaknya.

Rona merah di pipi Keef menjalar hingga ke telinga. Ia malu.

"Kamu tadi keluar rumah?" Tanya Aruna lompat ke topik lain.

Keef lagi-lagi mengangguk.

"Nggak di bully lagi kan?" Keef meneguk ludahnya. Terpaksa menggeleng. Ia tidak ingin membuat Aruna khawatir.

Aruna mengusap pelan kepala Keef.

"Bantu mama bersihin ikannya, ya?"

Keef mengangguk. Lagi.

Ada satu hal yang perlu kalian ketahui. Aruna bukan ibu kandung Keef. Jadi, sampai sekarang Keef masih merasa canggung dengan perempuan yang ia panggil 'mama' itu.

"Keef. Besok mama bakal pergi dinas ke luar kota untuk 3 hari. Papa juga belum pulang dari tugasnya. Kamu ditinggal sendiri gak apa-apa, kan, nak?"

Keef mengangguk. Ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Dia sudah dewasa. Seharusnya ia lebih mandiri. Dia juga tidak ingin merepotkan orang-orang dengan penyakit mentalnya ini.

"Gak apa-apa, ma." Balas Keef singkat.

*****

"Lo bisa minggir nggak sih?! Motor gue mau lewat bangsat!"

HIRAETH✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें