28 | His Mine?

24 8 1
                                    

Selamat membaca!
Wajib vomment!





****




Aruna dan Hadi saat itu tengah menyiapkan semacam pesta kecil-kecilan untuk menyambut Keef yang sudah menyelesaikan kompetisi. Hingga akhirnya telepon dari rumah sakit mengatakan bahwa Keef tengah sekarat.

Hal itu sukses membuat Aruna, Hadi, dan Belva cemas bercampur takut. Mereka segera menuju rumah sakit. Bahkan Aruna sampai meneteskan air matanya. Takut sekali kehilangan Keef.

"Pasien mengalami overdosis. Beruntung kami dapat menanganinya dengan cepat. Namun, pasien memiliki riwayat penyakit jantung bawaan. " ucap dokter saat Aruna sampai di rumah sakit.

Air mata Aruna turun semakin deras. Tubuhnya lemas jika saja Hadi tidak menangkapnya dengan cepat.

Ini salahnya sebagai orang tua.

"Mengapa kalian tidak membawa pasien ke rumah sakit? Jika begini gejalanya sudah semakin parah. "

Aruna menunjuk dirinya sendiri, "Saya yang salah, dokter. "

"Ssst, sayang, udah. " Tegur Hadi agar Aruna berhenti menyalahkan diri sendiri.

"Kalau begitu saya permisi. "


****


Aruna memegang tangan Keef di sisi ranjang. Ia begitu lalai sebagai ibu. Keef sangat berharga baginya. Namun, bisa-bisanya Aruna tidak memperhatikan kondisi kesehatan anaknya sendiri.

"Keef. Mama yang salah. Kamu cepat bangun, ya, Nak. " Aruna menghapus air mata yang turun semakin deras.

Sementara itu, Hadi dan Belva hanya duduk d sofa panjang. Mendengar isak tangis Aruna yang begitu menyayat hati. Belva kesal sendiri. Ia bangkit dari sofa lantas menghampiri Aruna.

"Tante, ini semua gara-gara cewek yang namanya Airin itu!" Ucap Belva menyalahkan Rin.

Aruna mengernyit, "Belva, jaga mulut kamu! Jangan menuduh--"

"Tante nggak percaya? Keef sendiri yang cerita kemarin kalau besok dia mau pergi sama Airin ke pasar malam, " adu Belva.

"Belva!" Tegur Hadi. Belva menunduk begitu Hadi membentaknya.

"Kamu bilang apa? Pasar malam?"

"Iya, Tan. Karena mau ke pasar malam itulah Keef sampai overdosis, Tan. Airin itu memang--"

"Jadi, ini semua gara-gara Airin?" Aruna berkata pelan. Masih tidak percaya. Perempuan itu sampai termakan omongan Belva.



****

"Keef?"

Aruna bangkit dari duduknya begitu melihat pergerakan dari jari Keef. Perempuan itu mengucap syukur. Perlahan Keef membuka matanya. Aruna dengan cepat menekan tombol yang berada di dekat kepala ranjang. Memanggil dokter.

Hadi dan Belva ikut bangkit dari duduknya lantas berjalan menghampiri ranjang Keef.

"Keef. " Belva tersenyum bahagia melihat sepupunya itu sudah sadar.

HIRAETH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang