06 | Lebih Dekat

39 12 0
                                    

Happy reading!

.
.
.
.

In August With You




"Rin, mau temani aku sebentar?"

Reaksi Rin tidak jauh dari ekspektasi Keef. Perempuan itu mengangkat alisnya sebelah.

"Bener kan? Lo dibaikin malah ngelunjak. " Rin mendelik.

Keef menunduk sambil membasahi bibirnya, "Rin, aku pengen kenal kamu lebih dekat. "

Rin menoleh, "Nggak perlu. "

"Perlu. "

Mata mereka saling menatap satu sama lain. Memahami maksud masing-masing.

"Kita sama-sama tumbuh dalam luka. Aku yakin, " ucap Keef.

Rin tertawa geli, "Lo tau apa--"

"Aku tau. Karena itu aku mau jadi penyembuh kamu. " Rin menatap kedua bola mata Keef. Tersirat keseriusan di dalamnya.

"Lo mau nyembuhin gue? Padahal Lo sendiri juga sakit."

"Aku nggak peduli. "

Keef tiba-tiba menarik tangan Rin masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu terkejut. Dengan cepat ia menahan tubuhnya agar Keef dapat berhenti.

"Lo apa-apaan sih?!"

"Kamu udah makan? Kalau belum ayo kita makan sama-sama. "

Tanpa persetujuan Rin, Keef langsung saja menarik Rin masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu hanya bisa pasrah. Keef semakin semena-mena terhadapnya.

Rin pun duduk di meja makan sambil melipat tangannya di dada. Menatap kesal ke arah Keef yang tampak biasa-biasa saja.

"Duduk disini dulu, ya, tuan putri. Aku mau masak sebentar. "

"Emang orang sakit kayak Lo bisa masak? Berdiri aja tadi masih gemetaran, " ledek Rin.

"Bisa. Kamu duduk aja. "

Rin mengangkat bahunya acuh. Membiarkan Keef melakukan apa yang hendak ia lakukan. Besok-besok dia tidak akan memperbolehkan Keef seperti ini lagi terhadapnya.

Mata Rin mengikuti gerak tubuh Keef yang tampak cekatan memilih bahan-bahan untuk memasak. Memotong wortel, daun bawang, seledri dan dedaunan yang Rin tidak tau namanya. Sesekali Rin bisa melihat lelaki itu bersin. Tubuhnya linglung mungkin karena efek demam.

Keef memang menyebalkan.

Namun, Rin baru dapat melihat sisi lain dari seorang Keef hari ini.

Lelaki itu tidak sepenuhnya gila. Orang-orang memang menyebutnya gila. Tapi, ini berbeda. Rin yakin Keef cacat mental atau terpuruk dengan kenangan masa lalu yang membuatnya trauma.

Sejujurnya Rin tidak terlalu peduli dengan lelaki tampan. Perempuan itu cenderung menilai seseorang melalui sifat dan tingkah lakunya. Hari ini, Rin baru menyadari bahwa Keef itu tampan. Tubuhnya tinggi, bahunya lebar, senyumnya manis, dan terakhir memiliki lesung pipi yang menawan.

Baik. Poin terakhir memang tipe idealnya.

Rin mengenyahkan pikirannya tentang Keef. Beralih mengambil selembar brosur yang ada di atas meja. Lantas melipatnya menyerupai pita. Salah satu kebiasaannya di kala gabut.

"Selesai."

Keef tiba-tiba berbalik sambil memegang mangkuk berisikan sup. Rin yang sadar dengan kedatangan Keef segera meletakkan pita buatannya ke atas meja.

HIRAETH✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora