30 | 3 Months

33 11 2
                                    


•Happy Reading!•








Rin berjalan menuju ruang rawat inap Keef. Suasana hatinya sangat baik hari ini. Di dalam kepalanya, perempuan itu tengah memikirkan seperti apa respon Keef saat mencoba masakan buatannya.

"Ngapain Lo disini?"

Rin menatap sosok Belva yang berdiri di depan pintu rawat inap Keef. Ia mendengus sebal. Perempuan ini apa tidak bisa minggir saja?

"Minggir! Gue mau ketemu Keef, " ucap Rin jengah menatap Belva.

Belva tersenyum miring, "Oh, mau ketemu Keef. Silahkan. "

Rin mengernyit bingung dengan respon Belva. Namun, setelah itu ia tidak ingin peduli. Biar aja perempuan gila itu.

Rin mengetuk pintu sebelum masuk. Setelah terdengar respon dari dalam, barulah ia masuk. Menyusul Belva di belakangnya. Langkah kaki Rin terhenti begitu melihat Aruna ada di dalam. Ia sangat canggung. Begitu melihat Keef tersenyum hangat padanya, rasa canggung itu memudar.

"Masih nggak tau malu setelah buat anak saya kayak gini?" Ucap Aruna tanpa bisa Rin duga.

Di belakangnya, Belva menahan tawa. Inilah yang ia tunggu. Rin sadar kesalahannya. Gadis itu menunduk.

"Kok mama ngomong gitu ke Rin?" Ucap Keef tidak terima gadisnya di salahkan begitu.

"Maaf, tante. "

Hanya dua kata itu yang mampu Rin ucapkan. Mau bagaimanapun ini juga salahnya.

Aruna terlihat jengah dan kesal. Namun, anaknya selalu saja membela Rin.

"Rin, kamu bawa apa?" Tanya Keef mencairkan suasana.

Rin mengangkat kepalanya, "Ini cuma makanan biasa--"

"Anak saya nggak boleh makan selain makanan rumah sakit, " potong Aruna.

"Maaf, Tante. Kalau gitu saya bawa pulang saja. "

Mata Keef melebar mendengar itu. Apa-apaan itu. Dia tidak boleh membiarkan Rin pergi. Lagipula Keef sangat ingin mencicipi makanan yang Rin bawa. Ini langka.

"Ma, Keef mau berdua dulu sama Rin, " pinta Keef.

"Nak--"

"Keef udah janji mau belajar bareng sama Rin, Ma. Maaf, ya, Ma. "

Aruna menghela napas pelan. Sangat sulit menolak permintaan Keef, "Oke. "

Wanita itu pergi begitu saja tanpa mau menatap Rin. Begitu pula dengan Belva yang berdecih pelan. Namun, ia masih berdiri di ruangan itu.

"Kamu juga pergi, Belva, " ucap Keef.

Belva yang sedang asik melihat drama itu pun mendengus. Lantas beranjak pergi.

"Sini, Rin. "

Rin pun berjalan mendekati ranjang Keef.

"Bawa apa?" Tanya Keef.

"Sup tahu. "

Keef tersenyum lalu mendaratkan ciuman di kening Rin, "Makasih, sayang. "

Pipi Rin merona merah. Ia memalingkan wajahnya dari Keef.

"Lo mau makan sekarang?"

"Iya, kalau nanti takut dingin. " Ucap Keef. " Aku makannya sambil belajar, ya?"

"Nggak. Lo makan dulu baru nanti belajar. "

Rin mengambilkan sendok untuk Keef. Laki-laki itu mulai memakannya. Sedangkan Rin hanya memperhatikan Keef. Hanya laki-laki ini yang mampu menumbuhkan bunga di hati Rin. Hanya laki-laki ini. Apa yang harus Rin lakukan sekarang? Saat jatuh cinta semuanya mendadak jadi membingungkan.

HIRAETH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang