11 | Tinggal Bersama?

42 10 6
                                    

A/N: Mulai sekarang setiap part harus ada komen! Nggak boleh sider! Kalau nggak aku pindah nulis ke lapak lain yang berbayar😀

Sekian, terima gaji.


****


Tak biasanya, Dewi berangkat pagi-pagi buta. Ditambah lagi hanya meninggalkan Sepotong roti dan susu untuk Rin. Tanpa pesan yang menjelaskan kemana perginya Dewi. Juga uang jajan untuk anak gadisnya.

Rin meneguk habis susu vanilla di dalam gelas. Gadis itu sedikit kesal dengan mamanya yang pergi tanpa kabar. Rin sudah coba menghubungi Dewi namun lagi-lagi hanya terdengar suara operator yang menyahuti panggilannyaggilannya. Sebenarnya ia lebih kesal karena sang mama tidak meninggalkan uang jajan. Bagaimana bisa dia berangkat sekolah jika uang saja ia tidak punya?

Rin menyeringai. Jika begitu, hanya ada satu cara.

"Jangan salahin aku, ya, Ma. " Rin melangkah menuju halaman rumahnya.

Matanya meneliti beberapa bunga yang menguntungkan untuk ia jual ke tetangga sebelah. Pandangan Rin jatuh pada sebuah bunga cantik yang pernah di taksir tetangga sebelah sejak mamanya membawa  bunga itu pulang ke rumah.

 Pandangan Rin jatuh pada sebuah bunga cantik yang pernah di taksir tetangga sebelah sejak mamanya membawa  bunga itu pulang ke rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rin tidak tahu namanya. Tapi, Rin cukup tahu bunga ini banyak diincar oleh ibu-ibu zaman sekarang.

Gadis berambut sebahu itu mengambil pot bunga tersebut lantas menggendongnya. Sedikit berhati-hati agar pot bunga tersebut tidak mengenai baju seragam Rin yang berwarna putih.

Selanjutnya, Rin berjalan menyusuri komplek perumahannya. Sebelum itu, Rin sudah mengunci pintu rumah. Berjalan melewati beberapa rumah untuk kemudian Rin berhenti di sebuah rumah bertingkat dua yang tampak kecil namun berkesan mewah.

Perempuan itu tersenyum. Pas sekali waktunya. Ia melihat sang pemilik rumah tengah berkebun di halaman rumahnya.

"Bu Retno!" Panggil Rin. Wanita paruh baya itu pun menoleh.

"Eh, ada nak Airin. Ada apa, Nak?" Sapa Bu Retno ramah sambil menghampiri Airin.

Wanita itu membukakan pagar rumah untuk Rin, "Ayo masuk, Nak. "

"Nggak usah, Bu. Airin cuma mau nawarin bunga ini. Airin ingat ibu udah lama naksir sama bunga ini kan?"

Pandangan Bu Retno turun memperhatikan sebuah pot bunga. Matanya berbinar cerah. Lantas mengangguk.

"Iya, bener, Rin. Kamu mau ngasih ibu?" Tanya Bu Retno antusias sambil sibuk memperhatikan daun bunga tersebut.

Rin menggeleng pelan, "Bayar, Bu. Nggak gratis, loh. "

HIRAETH✓Where stories live. Discover now