18 | Keef and His Regret

34 10 1
                                    

Karin menutup pintu rumah dengan kasar. Ia menatap malas ke arah ruang tamu--papanya sedang duduk di sana dengan menonton tv sambil meminum bir.

"Kamu udah pulang?" Suara Pram menyapa telinganya.

"Hmm. " Karin menjawab singkat. Perempuan itu melepas sepatunya lantas menaruhnya di rak sepatu.

"Airin. " Langkah Karin terhenti. "Kamu bertemu dia?"

Karin menatap Pram dengan tajam, "Darimana papa tau?"

Pram meneguk bir di botol seraya mengangkat bahu, "Tau aja. "

"Dia pasti marah banget. " Papanya berujar santai.

Karin memutar bola matanya kesal dan memilih untuk beranjak ke kamarnya. Namun, langkah Karin terhenti begitu ia melewati kamar tamu.

Brak! Brak! Brak!

Karin mengernyit bingung. Pintu itu di dobrak dari dalam. Menimbulkan suara yang cukup berisik. Karin curiga Pram menyembunyikan seseorang di dalam kamar itu.

"Siapa yang ada di dalam, Pa?" Tanya Karin.

"Mama kamu. "

Mata Karin melebar. Terkejut. Mamanya? Dewi?

"Karin? Itu kamu, Nak?" Lirih Dewi dari dalam.

Karin sontak mundur ke belakang. Tidak percaya.

"Pa, mama ada di dalam? Tapi, kenapa?"

"Mama kamu dihukum. Dia berani mengambil sertifikat tanah papa. "

Karin menoleh marah, "Papa yang mencurinya dari mama! Mau dimana mama sama Airin tinggal kalau papa curi sertifikat tanah itu?!"

"Sekarang kamu peduli sama Airin?"

Karin menyugar rambut panjangnya ke belakang, merasa frustasi, "Papa itu sebenarnya papa kandung kami bukan sih?"

"Karin! Tolong buka, Nak. Airin nunggu mama. "

Karin menoleh ke pintu itu. Rasa khawatirnya bergantikan dengan rasa marah dan dendam. Ia tersenyum miris. Dia kira Dewi minta dibukakan pintu untuk menemuinya yang telah lama hilang. Ternyata ia salah. Sampai kapanpun Airin selalu menang.

Perempuan itu membuang muka. Memilih untuk tidak peduli dengan Dewi. Karin melanjutkan langkahnya menuju kamar. Membanting pintunya, mengatakan bahwa ia sangat marah sekarang.

Pram yang melihat itu hanya tersenyum miring. Mengetahui Karin membenci Dewi sangatlah menyenangkan.

"Pram! Tolong buka! Anakku menunggu!"

Tangisan Dewi terdengar pilu. Tubuh perempuan itu meluruh ke lantai. Entah bagaimana caranya dia bisa terperangkap disini. Awalnya Dewi meminta sertifikat tanah itu baik-baik dengan sedikit mengancam akan melaporkan perbuatan Pram kepada polisi. Mendengar itu Pram marah. Mereka berdebat. Hingga Pram akhirnya mengurung mantan istrinya itu di kamar tamu. Tak lupa mengambil ponsel milik wanita itu.

Ini sudah lewat seminggu. Airin pasti menunggunya.

Dewi telah mencoba untuk kabur. Namun, di kamar ini tak ada celah sedikitpun untuk kabur. Dewi kebingungan bahkan nyaris kehilangan akalnya.

****


Pagi harinya sekitar jam tujuh, Yuan datang ke apartemennya dengan membawa sekantong plastik berisi makanan.

"Rin?" Panggil Yuan begitu melihat isi apartemennya yang sangat rapi seperti awal saat ia meninggalkan tempat itu.

Yuan melangkahkan kakinya mencari Rin. Di dapur, di kamarnya, di kamar mandi. Yuan tidak dapat menemukan gadis itu.

HIRAETH✓Where stories live. Discover now