23 | Confused

37 12 3
                                    

Rasa ingin Hiatus📈

5 vote 3 komen buat next ke part selanjutnya.

Cuma 5 vote kok, part sebelumnya aja ada 10 orang yang sider😊

****

"Keef, kamu nggak pulang?" Dewi masuk ke kamar Rin dengan nampan berisi air putih serta cemilan kecil.

"Nanti, tante, " jawab Keef sopan.

"Kamu udah nunggu Rin semalaman loh disini. " Dewi meletakkan nampan tersebut di atas nakas.

Rin dan Dewi sudah kembali ke rumah lamanya. Susunan barangnya masih sama. Tidak ada yang berubah karena sedari awal mereka hanya membawa baju untuk pergi dari rumah tersebut.

"Sekarang kamu pulang dulu. Nanti kalau Rin udah bangun bakal tante sampein ke kamu, " ujar Dewi.

Lagi-lagi Keef menolak dengan memberikan gelengan kecil. Ia akan tetap disini sampai Rin bangun. Laki-laki itu sungguh cemas dengan kondisi perempuan yang amat disayanginya itu.

Melihat keteguhan hati Keef, Dewi tidak bisa berbuat apa-apa. Dewi pun mengalah. Tak lama, wanita itu pamit turun ke bawah untuk menyiapkan makanan.

Keef senantiasa menunggu Rin bangun. Ia terus memandang wajah Rin yang terpejam damai. Dalam pikirannya, Keef sibuk menerka apa yang sedang terjadi pada gadis itu.

Bukan bermaksud apapun saat Keef bilang bahwa ia adalah pacarnya Rin. Keef hanya menguji perempuan itu. Ditambah lagi kemarin, Keef harus membuat sopir bus itu percaya bahwa ia adalah orang terdekat Rin agar bisa membawa gadis itu pulang.

Namun, reaksi Rin jauh berbeda. Perempuan itu tidak marah seperti biasanya. Sebaliknya, ia malah kebingungan. Keef tidak tau apa itu efek dari bangun tidur atau bukan.

"Eunnghh!"

Perhatian Keef teralihkan ke arah Rin. Perempuan itu mengerang. Menggeliat kecil. Tak lama, matanya terbuka. Menatap nanar langit-langit kamar.

Keef langsung bangkit. Berdiri di sisi ranjang Rin.

"Ada yang sakit, hm?" Tanya Keef lembut.

"Keef?" Rin bangkit hendak duduk. Keef dengan sigap langsung membantu Rin.

"Ngapain Lo disini?" Tanya Rin dengan suara serak khas bangun tidur.

"Nunggu kamu bangun. "

Rin mendengus sebal, "Lo boleh pulang. " Ucap Rin tanpa melihat sedikitpun ke arah Keef.

"Rin, kamu ingat sama kejadian kemarin?"

Wajah Rin sempat tegang. Namun, Rin kembali bersikap santai.

"Ingat. Karena itu gue mau Lo pergi. "

Dewi yang saat itu kebetulan lewat di kamar Rin pun masuk mendengar suara jutek anaknya.

"Loh, kamu kenapa Rin? Keef udah lama nunggu kamu disini. Masa disuruh pulang, " ujar Dewi.

Rin melirik sinis, "Rin nggak pernah minta dia nunggu Rin bangun, ma. Dia sendiri yang mau. "

"Tapi, nak, sama aja--"

"Tante, Keef izin ngomong berdua sebentar sama Rin, ya, tan?" Potong Keef.

Terdengar helaan napas panjang keluar dari mulut Dewi. Wanita itu hanya bisa pasrah, "Oke. "

"Makasih, Tan. "

Setelah kepergian Dewi, Keef menatap Rin. Kali ini pandangannya tajam. Entah itu hanya perasaan Rin saja atau memang mata Keef yang sedikit sipit itu memang memandangnya begitu.

HIRAETH✓Where stories live. Discover now