04 | Individualist

45 17 6
                                    


•Happy Reading!•









Rin berlari-lari kecil menuju rumahnya. Langkahnya tampak tergesa-gesa. Bahkan Rin tidak sadar bahwa ia baru saja membanting pintu rumah hingga menimbulkan suara yang keras.

Dewi--yang sedang duduk di sofa pun menoleh ke arah anaknya. Pandangan Rin berhenti ketika melihat sebuah kotak transparan berisikan robot itu terletak di meja ruang tamu.

Rin segera menghampiri meja. Ketika hendak mengambil robot miliknya, Dewi tiba-tiba langsung menarik robot itu.

Rin mendesah kecewa.

"Apa-apaan sih, Ma?!" Kesal Rin, "Rin udah bela-belain lari kenceng gini pas mama kirim foto robotku, kok malah diambil lagi?!"

"Ini nggak gratis, ya, " balas Dewi lembut.

Rin memutar bola matanya jengah. Ia melepas ranselnya lalu menghempaskan barang itu ke sofa.

"Apa lagi, sih, ma?"

"Kamu harus les."

"Itu lagi ternyata. Rin udah bilang nggak mau, kan?"

"Pokoknya les atau nggak robot ini mama hancurin ke lantai. "

Rin tersenyum kecil, "Oh, iya. Mama kan baru beli anggrek kan, ya? Dengar-dengar harganya satu juta lebih, ya?"

Otak Dewi langsung berputar cepat menangkap maksud anaknya itu. Setelah Dewi paham, ia bisa melihat Rin sudah berlari keluar menuju halaman rumah.

"Rin! Jangan ganggu bunga mama!" Dewi segera mengejar anaknya keluar rumah.

Dilihatnya Rin sudah melihat pot bunga yang menampung bunga anggrek mahalnya itu sambil tersenyum lebar.

"Rin. Taruh, ya? Itu mama beli dari uang arisan loh, " pinta sang mama takut bunga kesayangannya hancur di tangan Rin.

"Kalau gitu, mama harus ngasih robot itu ke aku. Aku bakal taruh di tempatnya. Adil kan?" balas Rin. Tangannya sudah siap ingin mematahkan bunga mahal itu.

"RIN!" Dewi berteriak kesal.

"Kamu harus les!"

"Gimana, ya, ma? Aku patahin atau jual ke Bu Retno? Lumayan kan. "

"Gimana, ya, Rin? Mama hancurin robot kamu sekarang aja, ya?"

"Mama!"

"Rin!"

Entah sampai kapan perdebatan itu berlalu. Hingga kini keduanya sama-sama egois. Mata keduanya saling menatap penuh permusuhan.

Hingga suara gerbang di buka  mengalihkan perhatian keduanya.

"Selamat siang, Bu. Saya guru privat yang anda hubungi kemarin. "

PRANGG!

Rin sengaja menjatuhkan pot bunga anggrek milik Dewi. Wanita paruh baya itu berteriak histeris.

"RIN!"




****




"Baik, Rin. Kita mulai belajar sekarang?" Tanya Dharma selaku guru privat yang memperkenalkan dirinya beberapa menit lalu.

Rin terdiam. Tangannya terlipat di depan dada sambil menghunus mata Dharma dengan tatapan tajam.

Dewi datang sambil membawakan dua gelas sirup rasa jeruk. Hatinya masih dongkol dengan Rin. Tentu saja. Beruntung yang rusak hanya potnya saja. Kalau bunga masih bisa ia tanam di pot lain nanti.

HIRAETH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang