Epilog

29 7 3
                                    

•Happy Reading!•



Pemakaman Keef telah selesai. Rin mengamati dari jauh saat jasad Keef di masukkan ke liang lahat.

Sesak sekali rasanya ketika orang yang kau cinta pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan beberapa kenangan yang membuat dada semakin sesak.

Air mata Rin menganak sungai. Kakinya lemas. Wajahnya pucat. Persis seperti mayat hidup. Tangan kanannya masih menjinjing sepasang sepatu Keef yang ia ambil di rumah sakit. 

Rin ingin marah.

Ini terlalu cepat bahkan ia tidak sempat untuk bersiap akan kepergian Keef.

Pemakaman Keef terlihat begitu menyayat hati. Tangisan-tangisan orang-orang itu terdengar pilu sekali.

Rin menggeleng keras. Ia memukul dadanya pelan. Tak sanggup berada di sana lagi, ia pun beranjak pergi.

Pergi kemana saja.

Mencari Keef.

Rin sadar Keef sudah pergi untuk selamanya. Namun, Rin ingin percaya bahwa lelaki itu masih hidup.



****



Rin kembali ke pasar malam tempat Keef dan dirinya pernah menghabiskan waktu. Ia naik biang lala sendiri.

Setelah ia naik, Rin meletakkan sepatu Keef di bangku yang ada di hadapannya. Seolah-olah Keef memang berada di sana.

"Gue gila, ya, Keef? Nyatanya gue susah buat terima kepergian lo. "

"Rasanya cepat banget, Keef. Bahkan gue aja belum siap. "

"Kenapa lo pergi?" 

"Kenapa, Keef? Katanya lo sayang gue. " 

Rin tersenyum miris.

"Keef, ini tempat terakhir. Gue udah cari lo kemana-mana. Ke warung tempat gue biasa belajar.  Ke sekolah gue. Gue ingat dulu sering nolak pulang bareng lo. "

Rin tertawa miris, "Gue baru kerasa hari ini. Sendirian itu nggak enak, ya, Keef? Berapa lama lo home schooling? Berapa lama lo hidup cuma di rumah? Gue tau artinya sendiri. Gue nggak suka, Keef. Gue juga tau kenapa waktu itu lo anggap gue lebih dari apapun yang Lo punya sekarang. Gue tau rasanya Keef. "

"Gue--"

Rin menoleh ke samping saat air matanya hendak turun lagi. Wajah Keef selalu terbayang olehnya. Bagaimana Rin bisa tak menahan tangisnya?

Perempuan itu mendongak ke langit. Semburat senja tampak dari ketinggian ini.

"Dulu, gue milih suka apa yang lo suka, Keef. Tapi, sekarang gue benci. Gue benci senja. Senja bawa lo pulang, Keef. Sesuka itu, ya, lo sama senja? Sampai-sampai lo mau ikut senja pergi? Bedanya, senja selalu kembali, Keef. Kalau lo nggak. "

Rin menghapus air matanya ketika biang Lala itu sudah berhenti. Ia buru-buru keluar.


Ada satu tempat lagi yang ingin ia kunjungi.


****

HIRAETH✓Where stories live. Discover now