05 | Marah

43 14 1
                                    

Nama Euan penulisannya diganti jadi Yuan, ya? Karena aku tau kok kalian pasti mikir dulu baca nama Euan.



•Happy reading!•





Malam itu sunyi sekali. Cahaya bulan tampak bersinar terang. Seolah sedang menyorot kedua insan yang tengah berpelukan di bawah kelamnya malam.

Rin masih terkejut. Namun, sepersekian detik kemudian ia tersadar. Gadis itu langsung mendorong bahu Keef hingga pelukan mereka terlepas.

Perempuan berambut sebahu itu bisa melihat Keef yang merasa bersalah sekaligus tidak enak.

"Ma-maaf--"

Rin maju selangkah. Mencengkeram kerah baju Keef. Mata perempuan itu menatap tajam laki-laki dengan tinggi 185 cm itu.

"Maksud Lo apa, hah?!"

"Itu refleks, Rin. Maaf--"

Muak. Rin semakin mengeratkan cengkeramannya lantas mendorong Keef keras ke belakang.

"Jauh-jauh dari gue, " ucap Rin. "Gue jijik sama Lo. "

Keef menatap kedua mata Rin yang sedang menatapnya tajam. Selanjutnya, Keef bisa merasakan telunjuk Rin yang berada di keningnya.

"Punya otak kan? Dipake! Turutin kata-kata gue!" Rin mendorong kening Keef kasar dengan telunjuknya.

Usai mengatakan kalimat itu, Rin beranjak pergi. Membanting kasar pagar rumah milik Keef.

Keef menghembuskan napasnya. Dinginnya udara malam terasa menusuk kulit. Belum lagi dengan ucapan pedas yang dilontarkan Rin padanya. Membuat hati Keef berdenyut sakit.

Traumanya sulit dikendalikan. Aruna sedang dalam masa dinas. Ia sendirian di rumah. Keef sering hilang kendali. Biasanya selalu ada Aruna yang siap memeluknya jikalau trauma itu kembali datang. Namun, malam ini Aruna tidak ada. Keef frustasi. Yang ia temukan saat itu hanyalah Rin. Ia refleks. Tapi, Keef juga tidak menyangka reaksi Rin akan sejahat itu.

Marah?

Keef tidak bisa.

Hatinya terlalu lembut.

Bahkan kepada perempuan sekalipun. Ia tidak berani melawan dan menyakitinya.

****

Jam istirahat.

Semua siswa keluar menuju kantin atau fasilitas sekolah lainnya. Sedangkan Rin tetap di dalam kelas; membaringkan kepalanya di atas meja. Ia tidak bisa tidur gara-gara Keef. Orang sinting itu.

Seseorang berjalan menghampiri meja Rin. Sosok itu menggebrak meja Rin. Membuat empunya membuka mata secara paksa. Padahal Rin baru saja akan masuk ke alam mimpi.

Alis Rin menukik kala mendapati Yuan berdiri di sisi mejanya. Raut wajah cowok itu terlihat dingin. Rin menatapnya malas. Ia tau maksud cowok ini. Gadis berambut sebahu itu pun menegakkan badannya.

"Gara-gara Lo gue disuruh bersihin WC!" Serunya dingin.

Rin melipat tangan di dada, "Siapa suruh lelet. "

Perempuan itu menyunggingkan senyum yang entah mengapa menyebalkan di mata Yuan. Kemudian ia berdiri lantas melangkah keluar kelas.

"Woi! Gua belum siap!"

Tak terima. Yuan pergi menyusul Rin. Baru kali ini ada yang merendahkan harga dirinya. Dan itu perempuan.

"Woi!" Yuan berseru memanggil Rin yang hanya beberapa langkah darinya.

HIRAETH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang