33 | Hiraeth (End)

24 7 1
                                    

"Perempuan mana yang bisa hidup sendiri. "

****




3 hari yang lalu...

"Rin, kalau nanti aku nggak bisa nepatin janji gimana?" Tanya Keef hati-hati. Senyumnya sendu sekali.

Matahari sebentar lagi terbenam. Dua insan itu kini telah berpindah tempat ke sebuah danau yang berada di dekat pasar malam tersebut.

Keef menggenggam tangan Rin. Sesekali mengelus tangan kurus itu.

Rin menatap Keef dalam. Ia menerawang hidupnya di masa depan jika tidak ada Keef.

"Jangan. " Jawaban singkat dari Rin justru membuat Keef bertanya-tanya.

"Why?"

"Gue yakin Lo pasti sembuh, Keef. "

"Kamu mau percaya sama aku kan?" Tanya Keef.

Rin mengangguk pelan.

"Karena itu, ada nggak adanya aku kamu harus yakin kalau aku selalu ada di dekat kamu. "

"Lo harus ada. " Jawab Rin. Wajahnya kesal sekali karena sedari tadi Keef selalu membahas dirinya akan pergi.

"Aku ngerti, Rin. Itu cuma seandainya aja. Kamu harus yakin. "

"Hmm, kita bisa ganti topik? Gue nggak suka sama topik ini, " sanggah Rin.

Keef terkekeh, "Kamu mau bahas apa?"

Rin menatap ke dalam mata Keef. Ia tersenyum lebar. Namun,  berbanding terbalik dengan kondisi hatinya saat ini. Rin sungguh gelisah. Ia tidak tau itu kenapa.

Lampu-lampu di dekat danau mulai hidup satu persatu. Menerangi jalan. Juga menerangi bangku yang mereka berdua duduki.

"Gue bodoh soal perasaan, Keef. Gue orang yang nggak bisa mengutarakan perasaan gue sendiri. Semakin gue pendam, gue semakin hancur. Tapi, Lo nggak gitu. Kenapa Lo selalu gamblang soal perasaan?"

Keef menyelipkan anak rambut Rin yang tertiup angin, "Cuma soal waktu, Rin. Waktu ngubah segalanya. Aku cuma mau ngasih hal baik sebelum--"

"Stop! Gue bilang nggak lagi bahas itu!" Ucap Rin kesal.

Keef terkekeh. Ia mencubit kedua pipi Rin dengan gemas. Sedangkan Rin? Dia hanya pasrah.

Tiba-tiba Rin bangkit dari duduknya. Membuat alis Keef bertaut bingung.

"Mau kemana, Rin?" Tanya Keef.

Rin tak menjawab. Ia melangkah pergi. Laki-laki itu sadar bahwa gadisnya merajuk. Keef pun tersenyum jahil.

Laki-laki dengan hoodie biru itu ikut bangkit. Ia menyusul Rin yang sudah jauh dengan sedikit berlari-lari kecil.

Rin yang mendengar bunyi sepatu di belakangnya pun dengan cepat melangkahkan kaki.

Hap!

Mata Rin melebar ketika ia merasakan tangan Keef melingkar di pinggangnya.

"Mau kemana, hm?"

Jantung Rin berdetak lebih cepat. Deru nafas Keef yang berada di leher Rin, membuat perempuan itu merinding.

"Bodo. Gue ngambek Ama lu, " ucap Rin kesal.

Keef tertawa renyah, "Mau apa biar nggak ngambek lagi?"

"Nggak ada. "

Cukup lama setelah Rin melontarkan pertanyaan itu, namun, Keef tak kunjung bicara.

HIRAETH✓Where stories live. Discover now