Part 7

54.3K 1.4K 10
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa vote, komentar 🤗

Mbok Mirna menyusun piring-piring yang sudah terisi dengan sarapan pagi. Hari ini Yana-- yang bertugas sebagai juru masak di rumah Kawindra memasak kimbab.

Kawindra sendiri tak pernah memakan ini sebelumnya, namun karena istrinya itu mengidam setelah menonton drama korea membuat ia harus ikut-ikat sarapan makanan dari negeri ginseng tersebut.

"Hmmm... Enak. Aku kayaknya mau makan ini tiap hari deh, Mas!" ujar Aleesha.

Kawindra langsung mendelikkan matanya. "Terserah kamu jika kamu mau! Tidak dengan saya" balas Kawindra pada istrinya.

Aleesha langsung cemberut, lalu air matanya lolos tanpa dikomando. "Mas jahat! Harusnya apa yang aku makan juga mas makan dong, ak-" belum sempat ia meneruskan terdengar suara celotehan anak kecil.

Kawindra langsung mengarahkan matanya,  terlihat lelaki yang mengenakan pakaian santai. Celana pendek kargo, dengan baju kaos bewarna abu-abu dan seorang anak kecil dengan pakaian sama.

"Halo bos! Gimana rasanya udah punya istri? Lebih asik ga?" tanya lelaki itu Narendra--sahabat Kawindra.

Anak kecil yang bersamanya tersenyum malu-malu. "Halo om, kakak" sapanya.

Sahabat Kawindra langsung meyemburkan tawa, ia tergelak saat Kawindra dilanggil om oleh anaknya sedangkan sang istri dipanggil kakak.

Ia ikut mendudukan bokongnya pada kursi di samping Kawindra dan menempatkan anaknya kepangkuannya.

"Emang umur ga bisa bohong, lu pikir deh anak gue manggil lo dan istri lo beda jauh. Iya sih, istri lo kinyis-kinyis masih kayak anak sekolahan" komentarnya tanpa rasa bersalah, langsung dihadiahi pukulan oleh Kawindra.

Sedangkan Aleesha hanya diam, ia pun sebenarnya ikut tertawa dalam hati. Takut jika ia menyemburkan tawa malah mendapatkan sanksi dari suaminya karena ikut-ikut mengolok.

"Sini duduk sama Kakak Aleesha Kevin" titah Aleesha pada anak sahabat suaminya.

Kevin si kecil yang menyukai wanita cantik, tentu saja ia merasa senang saat diajak oleh Aleesha.

Saat Kevin melangkah ke arah Aleesha, langsung ditahan oleh suaminya. "Sini duduk sama om aja. Ga usah sama tante" katanya.

Sahabatnya itu lagi-lagi tertawa. "Hello! Anak gue manggil Aleesha kakak. Lagian ga cocok kali dipanggil tante-tante begitu" ujar Narendra protes.

Sedangkan Kevin yang ditahan oleh Kawindra, ia merasa sedih padahal ia ingin dipangku oleh Aleesha si kakak cantik.

"Kevin ga mau sama Om Ndra, maunya sama Kakak Aleesha. Udah lama ga ketemu Kak Aleesha, mau kangen-kangen dulu" ujarnya sambil berontak di tangan Kawindra. Berharap lelaki itu mau melepaskannya.

Kawindra tak menyerah didudukkannya Kevin pada pangkuannya sendiri. "Ga boleh Kak Aleesha itu punya om. Okay!" tuturnya mengusap pipi Kevin yang tembam.

Aleesha mencubit paha suaminya, yang benar saja? Masak ia sama anak kecil seperti Kevin tidak boleh berdekatan?

"Mas! Ga boleh gitu ngomong sama anak kecil, kamu tuh ya" bisik Aleesha.

Narendra berdecak. "Sama anak kecil aja lo posesif parah buset! Gimana ntar punya anak? Eh tapi kan kata lo-"

Kawindra melirik sahabatnya sinis. Memang lelaki satu itu tak bisa dipercaya, mulutnya tak berhenti bicara seperti rem blong saja. "Kamu mau ngomong apa? Jangan biacara sembarangan!" tukasnya.

Aleesha menatap curiga suaminya. "Kenapa Mas?" tanyanya.

Kevin hanya diam ikut memakan kimbab di piring, ia tak mengerti apa yang dibicarakan oleh orang dewasa.

"Ga ada saya ngawur aja tadi" jawab Narendra.

Kawindra sekarang menatap tajam sahabatnya, memang minta divabut nyawanya. Padahal yang ditanya itu adalah ia sendiri dengan jelas istrinya memanggil Mas,  sebutan yang hanya boleh disematkan kepada Kawindra! Tidak untuk yang lain.

Aleesha hanya meringis, sekarang wajah suaminya memerah menandakan ia sedang menahan geram pada lelaki disampingnya.

"Gue bercanda! Gitu aja sih lo sensi amat heran, parah gue" lanjut Narendra dengan cengiran khasnya.

"Jangan berani-berani jawab jika istri gue lagi ngomong sama gue!" tukasnya langsung disambut decihan dan cibiran oleh sahabatnya.

Kevin mendongak setelah selesai makan. Bocah berusia lima tahun itu memang menyukai makan namu anehnya, malah pipinya yang berisi.

"Om! Mau peluk Kak Aleesha bentar boleh ya?" mohonya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya lucu.

Kawindra tak menghiraukan, ia melanjutkan sarapan.

Aleesha menatap Kevin kasihan, anak itu lucu dan menggemaskan ditambah lagi ia tak memiliki ibu membuat Kevin merasa rindu oleh sentuhan kasih sayang seorang wanita. Aleesha ikut merasakan iba pada Kevin.

"Mas.... Boleh dong sesekali ya? Lagian dulu aku sering main-main sama Kevin" ucap Aleesha.

Kawindra terdiam sejenak, lalu ditatapnya Kevin. "Ya udah, boleh. Sebentar saja, ga lebih dari satu menit!" putusnya final.

Kevina langsung turun dan menghamburkan pelukannya pada Aleesha. Ia juga mencubit gemas pipi Aleeaha, yang dibalas oleh Aleesha mengecup pipi bocah lima tahun itu.

Pergerakan Aleesha dan Kevin tak lepaa dari perhatian Kawindra. Ia menatap terus, apalagi saat anak itu memegang pipinya dan dibalas Aleesha kecupan. Sialan! Kutuknya dalam hati.

Narendra hanya mengulum senyum, merasa lucu saat melihat mata Kawindra yang melotot dan oh- hembusan nafasnya yang kasar.

Kawindra langsung menangkap Kevin lalu membawanya pada pangkuan Narendra. "Udah selesai, ga boleh lebih dari satu menit" ucapnya.

Kevin kecewa, ia belum puas untuk melepas rindu pada Aleesha. Mereka baru saja pulang dari Amsterdam, dulu saat Aleesha masih menjadi karyawan Kawindra ia selalu bermain bersama wanita itu.

Memang, karena kesibukan Narendra anak itu lebih banyak mengikutinya ke kantor setelah ia lulang sekolah. Kantor Narendra tak jauh dari gedung kantor Kawindra sehingga memudahkan lelaki itu untuk selalu menjumpai sahabatnya.

Maka dari situlah Kevin bertemu dengan Aleesha, pertemuan pertama mereka saat Kevin berkeliling mencari ayahnya dan melihat sosok Aleesha yang menurutnya seperti ibu peri yang ia tonton.

"Kasihan kamu nak, korban posesif orang dewasa labil" ejek Narendra sambil mengelus puncak kepala anaknya.

Kawindra hanya mendengus. "Makanya kamu cari istri sana!"

Narendra hanya mencibir, tapi kemudian ia menatap Aleesha penuh harap. "Ada ga yang kinyis-kinyis duplikatnnya kayak lo, Sha?" tanyanya penasaran.

Aleesha hanya menganggap jika itu bualan semata oleh Narendra, karena ia tahu lelaki itu saja belum move on  dari almarhum istrinya yang meninggal saat melahirkan.

"Cari sendiri lah om, tapi kalo mau sama Zalina si. Tapi, ga usah deh! Nanti om jadiin dia pelarian lagi" jawab Aleesha.

"Yah, ga asik" balas Narendra.

"Lo mau ngapain ke sini? Selain merusak pagi gue yang cerah" kata Kawindra.

Narendra menepuk kepalanya, lalu ia keluarkan beberapa makanan sebagai oleh-oleh dari negeri kincir angin tersebut. Ada juga beberapa miniatur didalam kresek putih yang ia tenteng.

"Ini, gue kesini mau menyapa kepada pengantin baru serta bawa oleh-oleh yang ga seberapa. Udah, ga usah protes! Ingat aja gue sama lo harus bersyukur lo itu. Ini aja diingatin Kevin buat beli miniatur beginian, gue ya tinggal bayar aja" jelasnya.

Aleesha berbinar saat meilhat miniatur-miniatur itu. "Ih, lucu. Aku mau pajang ini di nakas samping!" teriaknya.

Narendra langsung berbisik pelan. "Makanya bawa istri lo jalan-jalan sana! Mana tau karena suasana yang beda dan tempat beda lebih bikin gairah kalian semakin menggebu-gebu! Jangan dikamar aja, ya paling gitu-gitu aja. Ntar istri lo bosan" kayanya.

Kawindra langsung menatap sinis sahabatnya itu, sok tahu!

Makasi udah baca, jangan lupa vote yap. Sehat selalu kalian

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Where stories live. Discover now