Part 16

30.3K 1.1K 25
                                    

Kawindra memegang ponsel miliknya, pikirannya sedang melalang buana sekarang. Setelah melakukan pertemuan dengan kliennya untuk mendiskusikan proyek baru, ia langsung balik ke hotel.

Lelaki itu menghela nafas panjang. "Mengapa dia tidak mengabari saya? Padahal, saya sudah bilang untuk selalu lapor kegiatannya," gumam Kawindra.

Para pengawalnya, juga sudah ia hubungi. Katanya, sang istri sedang berada di kamar. Lelaki itu tidak seratus persen percaya, ia menanyakan pada Mbok Mirna. Wanita itu mengatakan sang istri belum pulang.

Kawindra meremas rambutnya. "Kamu menyembunyikan sesuatu dari saya!"

Ada perasaan khawatir yang dirasa oleh lelaki itu, takut istrinya berpaling dari dirinya. Dan sesuatu lain, yang tak bisa ia ungkapkan.

Kemudian, lelaki itu kembali menelepon supirnya. Ini sudah ketiga kali, namun panggilan ketiga tak kunjung diangkat.

"Ah! Brengsek! Cari mati mereka! Minta dipecat rupanya!" umpat Kawindra.

Beruntung, akhirnya karena Kawindra mengancam supirnya akan dipecat tanpa pesangon. Ia langsung menelpon lelaki itu kembali.

Kawindra mengambil duduk dekat balkon hotel. "Mengapa lama sekali! Ingin dipecat!" ucapnya marah.

"Maaf bos."

Lelaki itu tak butuh maaf, ia butuh kabar dari sang istri! Berani sekali mereka menutup-nutupi sesuatu dari Kawindra, seseorang yang membayar mereka untuk bekerja dengannya.

"Mana istri saya?! Tadi saya meminta bapak, untuk mengantarkan pulang istri saya bukan?"

"Tadi, Bu bos minta diantarkan ke mall bos. Saya hanya menunggu diparkiran, sekarang sudah jalan pulang bos. Ini, Bu bos di samping saya," jawab supir itu dengan tenang.

Aleesha sudah menebak ini sebelumnya, maka ketika Mbok Mirna mengabarinya bahwa Kawindra mencarinya. Wanita itu langsung mengatur strategi, ia tak berbohong. Setelah bertemu dengan Prasojo, wanita itu langsung ke mall membeli sesuatu.

"Ya sudah. Saya tutup, bilang ke istri saya untuk menjawab telepon!"

Karyawan serta pekerja di rumah Kawindra, sudah mengerti dengan tabiat lelaki itu. Gampang sekali emosi! Ketus! Tapi, jika kinerja bagus. Ia tak akan segan untuk memberi bonus.

"Kamu kenapa tidak mengangkat panggilan saya?" tembak Kawindra langsung.

Terdengar helaan nafas diseberang sana. "Maaf mas, tadi aku ketemu sama Zalina dulu. Setelah itu, aku ke mall cari sesuatu," alibi Aleesha.

Wanita itu juga telah mengatakan pada Zalina, jika sewaktu-waktu Kawindra bertanya. Meski pernikahan mereka belum setahun, tapi Aleesha hafal dengan tabiat suaminya.

"Lalu, mengapa tidak mengabari saya dulu?"

Masih ada ragu dipikiran lelaki itu, ia benar-benar mewaspadai sesuatu. Yang selama ini ia sembunyikan dari sang istri, bagaimana jika wanita itu mengetahuinya lebih dulu?

"Aku gak mau ganggu kamu, Mas. Kamu harus istirahat, dan setelah itu harus bertemu dengan klien. Tapi, janji lain kali setidaknya aku bakalan kirim pesan," jawab Aleesha dengan nada manja.

Mendengar suara istrinya saja, sudah membuat lelaki itu merindukannya dan terbayang sesuatu. Yang lebih vulgar tentunya!

Lelaki itu kemudian menutup pintu balkon kamarnya, lalu ia berbaring di ranjang. "Beli apa ke mall? Apa sepenting itu? Hingga lupa mengabari saya?" tanya Kawindra.

Terdengar suara bisikan dari Aleesha, yang menggelitik indera pendengaran lelaki itu. "Aku beli bra baru, bentar. Aku udah sampai rumah, takut dengar lagi pegawai kamu," ucap wanita itu menjeda.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz