Bab 46

17.7K 541 16
                                    

"Bos, bos besar tahu tentang Bu Aleesha."

Deg!

Baru saja kesenangan melanda hidup Kawindra, kini pria itu malah dibuat pening karena informasi baru yang ia dapat dari Alan. Padahal niatnya ingin menutup semua akses tentang Aleesha, termasuk Prasojo.

Tapi mengapa kini semua malah tampak rumit dan kacau?

"Tolong pastikan kondisi Papa saya aman."

"Saya pastikan itu. Tapi, bagaimana dengan Bu Aleesha jika tahu?"

Kawindra menghela nafas kasar, ia kemudian menggerakkan jemarinya untuk mengisyaratkan pada Alan agar segera keluar dari ruangannya.

Setelah Alan keluar, pria itu lalu menghubungi orang kepercayaannya yang berada di Singapura. Entah mengapa informasi sepenting ini yang telah ia tutupi bisa terbongkar!

"Kalian tidak ingin kerja lagi?"

"Maaf, Pak. Tapi-"

"Saya tidak ingin alasan atas kekacauan ini. Saya juga belum bisa ke sana."

"Tapi Bos besar ingin datang ke Indonesia."

Sial! Kalau Papanya sudah memutuskan, Kawindra tak lagi bisa berkutik. Tamat sudah riwayat kesenangannya saat ini. Kemungkinan buruknya, pernikahannya dengan Aleesha bisa terancam.

Pria itu lalu menyimpan ponselnya di saku baju, ia perlu berpikir jernih dari permasalahan yang tiba-tiba melanda. Lantas Kawindra beranjak dari kursi kebesarannya, menuju balkon kantor dan menyalakan rokok seperti biasa.

"Mas gak ngerokok sama minum lagi ya? Kita sekarang sudah jadi orang tua, harusnya bisa kasih contoh. Aku juga mau hidup lebih lama sama Mas."

Ucapan Aleesha tempo hari kembali terngiang di kepala, membuat Kawindra pada akhirnya menyingkirkan rokok dan menginjaknya hingga api tersebut mati.

Semenjak kejadian Barak-- putra mereka, kini Aleesha tampak lebih dewasa. Wanita itu benar-benar menjalankan janjinya ingin menjadi ibu yang baik. Bahkan meski belum sepenuhnya Kawindra dapat menerima kehadiran bayi tersebut yang menyita perhatian sang istri, tapi perlahan ia juga ikut merasa sayang pada anaknya.

Ternyata begini punya anak!

Setelah cukup lama merenung sembari mencari solusi, pria itu segera membereskan barang-barangnya dan keluar ruangan. Ia perlu pulang lebih cepat karena hari ini cukup penting bagi Barak. Bayi itu baru saja imunisasi. Kata sang istri ia harus lebih cepat pulang karena bayi mereka cukup rewel.

"Saya akan tahan bos besar."

"Biarkan saja, saya akan menemui Papa di rumah. Rahasiakan ini dari istri saya."

Alan mengangguk, walau merasa ragu. "Tapi mau sampai kapan Bos merahasiakan ini? Lambat laun, pertemuan antara Pak Prasojo dengan Bos besar akan terjadi. Entah tanpa sengaja atau sengaja sekalipun. Jadi saya pikir ada baiknya bos ajak Buk Aleesha diskusi terlebih dahulu sebelum semuanya terlanjur."

Walau sungkan, Alan tetap menyampaikan pendapatnya. Entah akan dipakai oleh Kawindra atau dianggap sebagai angin lalu oleh pria itu. Tapi ia cukup khawatir kalau hidup bosnya akan lebih kacau jika semua itu terjadi.

Kehilangan Aleesha saja sudah membuat hidup Kawindra berhenti sejenak. Bagaimana kalau kehilangan selamanya?

Meski kesal karena perkataan Alan yang sok menasihatinya, tapi Kawindra tak punya tenaga untuk marah. Pun yang dikatakan Alan tak ada salahnya. Pria itu hanya diam dan kemudian melenggang pergi.

Pria itu menimbang-nimbang ucapan Alan. Lambat laun, semuanya akan diketahui. Tapi ia tak cukup siap dengan segala respon dari istrinya.

Apalagi wanita itu baru saja melakukan peran sebagai seorang ibu, yang mana tak mudah. Aleesha harus terbangun malam, tidur lebih sedikit, syukur tak ada indikasi baby blues.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें