Bab 47

15.1K 431 17
                                    

"Jatuh cinta dengan keturunan Prasojo, eh?!" Decak pria bermata tajam itu. Persis seperti Kawindra.

Pria tua itu mencengkram kursi rodanya kuat-kuat, lalu ia melempar buku tebal yang dipegang olehnya ke wajah sang putra. Mau tak mau wajah Kawindra dihantam oleh buku tebal yang berisi tentang biografi sang ibu.

Kawindra menghembuskan nafasnya. Pria itu lalu berjongkok di bawah kursi roda sang ayah. "Awalnya tidak seperti itu. Tapi ini semua diluar kendaliku sebagai manusia, Pa."

"Kau pengkhianat! Bisa-bisanya jatuh cinta pada anak kecil itu!" Geramnya lagi.

"Dia bukan anak kecil. Lagipula Aleesha hanya anak-"

"Tutup mulutmu! Pria pecundang itu pasti sedang menertawakan kita sekarang."

Mata Kawindra mengerjap, pria itu kemudian mengusap wajahnya yang mulai berkeringat. Ia tak bisa menyangkal ucapan sang Ayah karena pun sekarang ia merasa bahwa Prasojo memang telah merasa menang.

Ia tak bisa melepaskan Aleesha begitu saja karena kini hidupnya bergantung dengan wanita itu. Pun Aleesha juga tak begitu dekat dengan ayahnya. Maka baginya tak ada masalah untuk itu. Tapi menjelaskan hal itu pada sang ayah tak akan ada gunanya.

Pria tua itu mengangkat tangannya, kemudian salah satu pengawal datang dan mendekat. "Aku tak ingin melihat anak ini lagi."

"Tapi Tuan-"

"Kau tak mendengar ucapan ku?"

"Baiklah."

Sebelum diusir secara paksa, Kawindra langsung keluar dari rumah besar itu. Ia menuju parkiran dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mengecewakan sang ayah adalah hal yang paling ia hindari sejak kematian ibunya.

Tapi kini ia melakukan hal itu.

"Sial!"

Ia menghentikan mobilnya di kompleks perumahan elite. Tempat sahabatnya tinggal. Sebab pria itu butuh teman untuk berbagi dan disituasi seperti ini, hanya Narendra yang bisa mengerti.

Mobilnya berhenti di halaman, ia tak perlu memarkirkan mobil itu dengan benar karena Pak Kasim yang akan melakukannya. Kawindra hanya melangkahkan kakinya menuju pintu masuk, lalu mengecek pada ruang tengah. Begitu lengang, padahal Pak Kasim mengatakan Narendra berada di rumah.

Ini benar-benar aneh!

Pria itu menuju kamar utama, lalu mengetuknya. Tapi tak ada jawaban. Ia kemudian menerobos masuk begitu saja karena berulangkali Narendra tak menjawab panggilannya.

"Anj*ng! Siang-siang mesum!" Tegur Kawindra.

Lantas tubuhnya berbalik dan segera keluar dari kamar. Tak ingin mengganggu dua pasang manusia tersebut yang tengah menjamah satu sama lain. Sialan! Pun sepertinya bertandang ke rumah Narendra pada saat siang, bukanlah sesuatu yang benar.

Tak lama pintu kamar terbuka, Narendra telah memakai bajunya kembali dan tersenyum menyambut kedatangan Kawindra.

"Anggap aja tadi kesalahan," ucap Narendra.

"Belum lama Lo bilang gak tertarik sama dia!"

"Eits, cemburu?" Pancing Narendra. Ia langsung merangkul tubuh Kawindra dan mengajak pria itu duduk di sofa ruang keluarga.

Kawindra mendengus kesal, lalu menyikut lengan Narendra. "Melakukan hubungan seksual dengan pintu tak dikunci hanya akan memancing anak Lo buat masuk!"

"Bukan hubungan seksual! Lagian anak gue dibawa pergi sama neneknya."

"Ucapan seorang pria memang tak bisa dipegang," balas Kawindra dengan ketus.

Melihat wajah kusut temannya, Narendra langsung mencium sesuatu yang tak beres. Pria itu menatap Kawindra beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya. "Melihat dari wajah Lo yang kusut banget, gue merasa lagi ada masalah." Narendra bersedekap. "Sama istri Lo?" Tebaknya.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Where stories live. Discover now