Bab 45 **

32.5K 576 8
                                    

"Shhh... udah ada Mama."

Aleesha segera menggendong tubuh mungil bayinya, perlahan ia ayunkan bayi itu di gendongannya. Membuat anaknya kembali terlelap dalam tidurnya.

Ia segera meletakkan bayi itu di box, lalu ia kembali di ranjang dan melepaskan pompa ASI yang melekat pada dadanya. Rasanya memiliki bayi ternyata memang luar biasa, baru seminggu saja sudah membuat Aleesha merasa kewalahan. Belum lagi bayi besar yang kini merasa terusik karena pergerakan tubuhnya.

"Dia bangun?" Suara serak Kawindra lantas mengapa indera pendengaran Aleesha.

"Masih aja begitu, yang kamu sebut dia juga anak kamu Mas! Dia punya nama kan?" Protesnya.

Kawindra berdecak kesal, tapi pria itu segera bangkit dan menyandarkan tubuhnya di bantal. Pria itu menghadap sang istri dan menatap wajah lelah istrinya. Merasa tak tega, ia mengelus pipi tirus istrinya dan mengusap pelan. Membawa wanita itu dalam pelukannya.

"Berat ya? Kalau kita sewa jasa baby sitter 24 jam saja bagaimana?" Tawar Kawindra.

"Bukan aku gak mau, cuma menurutku masih bisa aku handle sendiri kok. Mas, kayaknya ASI nya masih rembes ke baju deh. Padahal juga udah dapat pompa sampai 3 botol hari ini."

Aleesha menyingkir dari sang suami, ia segera meraba bajunya yang basah. Lalu mendesah pelan saat menyadari payudara kirinya kembali membengkak. Entah mengapa bayi itu tak ingin pada payudara kiri Aleesha, pun minum dari botol juga sulit.

Merasa iba pada sang istri, Kawindra kemudian mencari baju ganti. Ia mengambil kaos untuk istrinya dan membantu sang istri mengganti baju. Tanpa dibilang pun pria itu mengerti situasi dan kelelahan istrinya.

"Jadi harus bagaimana?"

"Enggak tau. Sakit," keluhnya.

Pria itu menyingkap baju istrinya, lalu ia meminta sang istri berbaring. Ia pun mengarahkan mulutnya pada payudara sang istri. Tapi sialnya, Aleesha malah mendorong sang suami karena merasa geli. Dulu mungkin ia tak begitu masalah karena airnya belum ada, tapi sekarang?

Aish, ia geli membayangkan akan benar-benar menyusui pria besar itu.

"Ada apa?"

"Kamu mikir dong, masa begini? Aku enggak mau."

"Ya sudah, jangan bangunkan saya kalau kesakitan."

Wanita itu lantas mengangguk cepat, ia tak akan membangunkan suaminya kala merasa kesakitan pada dadanya. Sehingga ia membiarkan sang suami kembali menyambung tidurnya.

Sedangkan Aleesha masih saja meringkuk karena merasa sakit. Ternyata tak hanya saat hamil yang sulit, tapi setelah melahirkan pun banyak proses yang harus dilalui olehnya. Sebagai ibu baru, tentu saja terkadang ia merasa terkejut saat dihadapi oleh hal-hal baru.

"Shh.. sakit."

"Makanya saya bilang mau bantu. Memang mau kamu semalaman tidak tidur karena sakit? Saya juga terganggu karena suara kamu."

Kening Aleesha berkerut dalam, memandang sang suami dengan tatapan sengitnya. "Loh, kok malah kamu yang ngeluh? Harusnya kan aku karena aku yang ngalamin semua ini. Bawa anak kamu ke mana-mana selama sembilan bulan, terus melahirkan dengan rasa sakit yang luar biasa. Belum lagi proses penyembuhan usai melahirkan, lukaku juga masih terasa ini Mas!"

Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas ucapan sang istri. Padahal pun sejak awal ia tak setuju kalau istrinya harus hamil dan melahirkan. Tapi wanita itu yang terlalu keras kepala dan ingin mempertahankan janin itu. Lantas, sekarang ia mau membantu pun ditolak.

Mau apa sih istrinya ini?

"Sekarang saya harus bagaimana?"

"Enggak tau!"

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя