Bab 40

23.7K 839 21
                                    

"Papa senang kamu bisa menjalani hidup dengan baik."

Kawindra berdehem, kalau dibilang baik juga tak begitu. Tapi setidaknya hidupnya kini lebih berwarna dari sebelumnya, setelah tragedi itu terjadi.

Ayah Kawindra memang sudah berangsur pulih, hal itu semakin membuat Kawindra merasa lega.

"Lekaslah sembuh," kata Kawindra dengan bersungguh-sungguh.

"Hm, Papa kita tak akan bisa lagi menghirup udara segar. Rasanya setelah kejadian itu, Papa tidak akan bisa hidup dengan normal."

Kawindra berdecak kesal. "Jangan ingat lagi kalau yang tersisa hanya ingatan buruk, itu tak akan berguna."

Pria tua itu mengangguk, ia tertawa pelan melihat perubahan putranya yang begitu jauh. Kawindra kini memang jauh berbeda dengan yang ia kenali. Mungkin keadaan bisa mengubah segalanya, termasuk sifat.

"Setelah ini, Papa akan berbakti untuk kembali normal dan menunggu kelahiran cucu Papa. Tak sabar rasanya melihat anak kalian nanti."

"Lebih baik Papa di sini saja, Singapura akan lebih baik untuk Papa. Bukan di sana."

Bukan karena Kawindra tak mau satu rumah dengan Ayahnya, hanya saja ka merasa bahwa akan lebih baik kalau Papanya tak akan pernah kembali bertemu Prasojo. Apalagi kalau sampai tahu bahwa Aleesha anak pria tua itu.

Aish, sial! Niat menikahi untuk balas dendam, ia malah mencintai putri Prasojo.

Kening pria tua itu berkerut bingung. "Kenapa? Bukannya lebih bagus Papa di sana, bisa bebas bertemu kalian. Kenapa di sini? Apa yang akan Papa lihat kalau di sini?"

Kawindra menggaruk tengkuknya. "Kami akan lebih sering berkunjung ke sini, Papa tak perlu khawatir jika merasa sendiri. Ada banyak yang menjaga Papa."

"Tapi, Papa juga ingin menjenguk makam Mamamu."

Cinta Jorges pada sang istri tak akan pernah luntur sampai kini, bahkan wankta cantik itu sangat melekat di hatinya. Ia tak pernah main-main dalam mencintai seseorang.

"Tapi, Mama sudah-"

"Bukan, kamu salah paham yang sebenarnya. Bukan itu yang terjadi, mereka tak sampai sejauh itu. Dan kamu tahu bahwa Mama mencintai kamu layaknya seorang Ibu dan mencintai Ayah sebagai seorang suami," bantahnya.

Malas berdebat dengan sang Ayah, pria itu kemudian menghempaskan tubuhnya di sofa ruang pasien. Ia memijit tengkuknya yang mendadak sakit, pasti karena tadi malam ia terlalu bergairah menggauli sang istri.

Aish, mengingat saja membuatnya kembali ereksi. Gila! Sepertinya Aleesha memakai sesuatu agar dirinya merasa gila.

"Mama kamu hanya sedikit melakukan kesalahan," lanjutnya.

"Sedikit, tapi bisa merusak segalanya. Tidak usah ungkit kembali yang lalu, saya sudah muak dan ingin melupakannya."

"Tapi, Papa tidak. Ini semua hanya salah paham tak berdasar, dia tidak bisa melupakan Mama kamu sebagai mantannya. Dan sela-"

"Saya pergi dulu," balas Kawindra lebih dulu sebelum Ayahnya menyelesaikan pembicaraan.

Pria itu meninggalkan ruangan sang Ayah dan keluar dari gedung rumah sakit, ia menuju hotel tempat istrinya berada. Setiap kali emosional rasanya Kawindra ingin meredamnya dengan gairah.

Mungkin hal itu yang bisa membuat ia lupa dengan rasa sakit dan juga kehilangan. Sialan! Mengapa harus Aleesha obatnya?!

****

"Baru mandi?" tanya Kawindra.

"Hm, capek banget. Jadi dari tadi cuma baring-bating aja sambil nungguin Mas. Rencananya pengen ajak buat makan di luar," jawab Aleesha sembari tersenyum kecil.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon