Part 24

25.1K 1.1K 87
                                    

Jangan lupa tekan ⭐ makasih

*
*
*

"Neng Aleesha mau pergi sekarang? Beneran ini? Kok gitu, saya jadi takut neng," ucap Mbok Mirna saat melihat Aleesha berkemas-kemas.

Mbok Mirna juga sibuk membantu menyiapkan barang-barang yang penting dan akan dibawa oleh Aleesha. Tapi, setengah hati wanita paruh baya itu tak menginginkan kepergian Aleesha. Meski, Aleesha mengatakan ia tidak apa-apa.

Aleesha mengeluarkan baju-baju seperlunya, lalu keperluan berupa skincare, makanan, dan lainnya. Setelah dirasa cukup, wanita itu tersenyum pada Bik Mirna. "Iya, Mbok. Minta do'anya aja, soalnya juga aku gak tenang di rumah. Kepikiran Mas Dra terus," lalu Aleesha menghela nafas panjang.

Tampaknya, semakin bertambah usia kehamilannya, wanita itu semakin merasakan sesak nafas. "Aku gak enak nyimpan-nyimpan masalah begini, maunya diselesaikan cepat. Aku juga gak bisa tidur tenang, Bik. Kayaknya anaknya juga kangen sama papanya," lanjut Aleesha.

Ya, ia sudah memutuskan untuk menyusul Kawindra. Meski, Aleesha tak mengatakannya pada Kawindra atau meminta ijin. Takutnya, nanti lelaki itu pasti melarangnya dengan segela macam alasan. Atau, lebih tepatnya menghindari Aleesha karena masalah ini.

Menunggu Kawindra pulang juga tak mungkin, entah kapan. Lelaki itujuga pasti punya seribu cara untuk menghindarinya. Pasti akan banyak alasan agar lelaki itu memperpanjang perjalanan dinasnya.

Mbok Mirna mengangguk, tapi wanita paruh baya itu merasa tak tega membiarkan Aleesha berangkat sendirian. "Minta temani sama salah satu pekerja Bapak aja, Neng. Atau teman neng yang suka datang itu aja, kalo sendirian gini kok ya malah takut. Pasti, bapak juga bakal marah kalo tahu, dan biarin neng pergi nyusul ke sana sendiri," usul Mbok Mirna.

Aleesha menggeleng, wanita itu sudah bernegosiasi pada para pengawal untuk membiarkannya pergi sendirian. Meski awal-awal ditolak, tapi pada akhirnya para pengawal hanya mengangguk saja saat Aleesha menjelaskan bahwa ia ingin memberi kejutan pada suaminya. Dan Aleesha perlu waktu sendiri, tanpa para pengawal.

Wanita hamil itu mengelus perutnya. "Udah, gak usah khawatir. Aku bisa jaga diri, lagipula ini tuh gak jauh Bik. Bukan luar negri juga kok, kalo luar negri pasti aku juga gak akan berani."

Mendengar penuturan Aleesha, Mbok Mirna hanya bisa pasrah menyetujui keputusan Aleesha.

"Ya udah, tapi kalo ada apa-apa kasih kabar, Neng. Tiketnya udah dipesan? Minta yang lain buat antarin, Neng. Maaf ya, bibik ndak ikut ngantar. Oh, ya  neng susu hamilnya udah dibawa sekalian? Vitamin juga," peringat Mbok Mirna.

Aleesha hanya mengangguk, ia sudah menyiapkan keperluan untuk menunjang masa kehamilannya. Kemarin, wanita itu sempat mendapati flek, kata dokter kandungannya memang ia terlalu banyak pikiran atau aktivitas, hingga berpengaruh pada kehamilannya.

"Sudah semua, ya udah. Ini mau berangkat, soalnya mau ngejar penerbangan pagi ini juga. Biar, nanti waktu Mas Dra pulang ke hotel, aku udah ada. Nitip rumah ya, Bik. Ikan aku, jangan lupa dikasih makan loh. Aku gak mau mereka kurus atau mati, itu udah kayak anakku sendiri," titah Aleesha, yang hanya dibalas kekehan dari Mbok Mirna.

Lalu, mereka berjalan beriringan untuk keluar kamar. Mbok Mirna, membawa barang-barang keperluan Aleesha. Sedangkan Aleesha membawa tas jinjitnya yang berisi kartu identitas dan lainnya. Ia juga membawa novel, kalau-kalau merasa bosan selama perjalanan.

"Nanti, non Aleesha ditungguin sampai berangkat loh ya! Jangan ditinggal-tinggal, pastiin juga bakalan aman," ucap Mbok Mirna pada salah satu pengawal.

Aleesha hanya tersenyum, Mbok Mirna ini sudah ia anggap juga sebagai ibu. Kehilangan kasih sayang ibu sejak remaja, membuatnya rindu belaian kasih sayang seorang ibu. Mungkin, andai jika ibu mertuanya masih ada, Aleesha bisa juga merasakan kasih sayang seorang ibu.

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum