Part 19

28.7K 1.1K 20
                                    

Ayo bantu vote ⭐. Hallo everyone, come back nih 🦁🦁🦁

Kawindra tampak malas menjawab pertanyaan dari pihak penyidik, ia hanya diam saja dan membiarkan pengacaranya yang berbicara.

"Kami rasa sudah cukup dari pihak kami, klien saya tidak bisa dijerat pada pasal mengenai kekerasan. Wanita yang mengaku korban tidak mengalami luka berat dan sampai mencedrai bagian tubuh atau kepalanya. Kami siap jika dilakukan visum, Pak Kawindra berniat mengambil ponselnya. Tapi, korban menghindar dan memancing kemarahan klien kami. Ia bahkan mencemari nama baik istri Pak Kawindra, dan hal ini ia tulis langsung pada akun twitternya," jelas Pak Nuriman- pengacara pendamping Kawindra.

Lelaki paruh baya itu menyerahkan ponsel, hasil tangkapan layar akun dari Hana. Kemudian, ada beberapa cuitan Hana yang memprovokasi netizen untuk melakukan penyerangan pada Aleesha. Beberapa netizen terpancing, hanya karena cuitan spill the tea dari Hana yang mengatakan pengusaha muda, kaya raya dan terkenal memperistri wanita murahan.

"Kami bisa menuntut ini, ah saya klarifikasi, bahkan klien saya akan menuntut pencemaran nama baik karena pihak korban langsung memposting wajah istri Pak Kawindra," jelas Pak Nuriman.

Kawindra memang tak salah menyerahkan kepercayaannya pada Pak Nuriman, tak sia-sia rasanya ia menunggu Pak Nuriman terbang menggunakan jet pribadinya. Lelaki paru baya itu pandai sekali bernegosiasi, Kawindra tak perlu mengeluarkan suara.

"Baiklah."

Setelah segala bukti disodorkan, rekaman CCTV dan saksi- Alan menjelaskan situasinya saat itu, maka Kawindra tak bisa dituntut sebagai pelaku kekerasan. Hana kalah telak, ia ternganga akal busuknya langsung diketahui oleh Kawindra. Secepat itu? Sialan! Bahkan sekarang ia terseret kasus pencemaran nama baik.

"Kamu serius, mau tuntut aku? Kita damai, ya? Saya akan klarifikasi dan hapus postingan saya. Lalu, saya akan membuat video permintaan maaf," ucap Hana merayu.

Alan menghela nafas, kebiasaan. Jika pelaku kasus pencemaran nama baik ini dilaporkan, pasti meminta negosiasi dengan cara damai, lalu memposting video permintaan maaf pada akun pribadi. Klasik sekali, padahal jika tidak ketahuan postingannya akan dijadikan bahan acuan untuk menyebar berita palsu.

"Tidak ada, minggir. Saya mau istirahat," jawab Kawindra.

Hana menekuk kakinya, ia bersujud. Drama sekali! Demi menerima maaf dari Kawindra, agar lelaki itu tak lagi meneruskan pelaporan balik.

"Tolong saya akan lakukan apapun. Jangan laporkan saya, ayah saya akan memarahi saya. Saya akan dicekam keluarga, tolong Pak Arsena. Saya mohon, saudara saya akan semakin meremehkan saya," ucap Hana terisak.

Entah benar-benar, atau hanya akting belaka. Entahlah, Kawindra juga tak paham dengan wanita di depannya. Awalnya, ia yang menantangi Kawindra secara dulu. Lalu, sekarang setelah tantangannya ditanggapi oleh Kawindra ia yang menyerahkan diri dan mengibarkan bendera kekalahannya.

"Bukan urusan saya, minggir! Saya singkirkan dengan kaki, atau kamu menyingkir duluan?!"

Ancaman Kawindra berhasil, Hana menyingkirkan dirinya. Wanita itu masih di depan pintu kamar hotel Kawindra, memeluk dirinya sendiri. Berkat kecerobohannya, ia malah terjebak sendiri.

"Sana, Bu Hana. Nanti, malah bos buka pintu Bu Hana yang kena."

Alan masih memperhatikan wanita itu sejak Kawindra menutup pintu. Hana menatap sinis, tapi tak lama ia makin terisak lagi. Drama apa lagi, ini? Batin Alan.

"Bantu saya, Pak Alan. Saya mohon, tolong katakan pada Pak Arsena. Saya janji akan lakukan apapun itu, menyingkir dari hidupnya. Lalu, bersujud dikaki istri Pak Kawindra, tidak apa-apa. Saya lakukan ini semua, agar Pak Arsena melihat saya dan tidak mengabaikan saya. Saya tahu, perbuatan saya salah dan merugikan."

Hana menangkupkan wajahnya pada kedua telapak tangannya. Nafasnya naik turun, hingga membuat Alan merasa sedikit iba. Ternyata, wanita rubah seperti Hana juga bisa menangis.

"Saya lakukan ini, untuk papa saya. Beliau tak pernah melihat saya sedikitpun, apa yang saya lakukan sejak dulu selalu salah. Tapi, saat papa kerjasama dengan Pak Arsena, beliau menginginkan saya untuk mendekati Pak Arsena. Tolong saya Pak Alan," ucap Hana.

Rambutnya telah berantakan, ia tak lagi peduli dengan penampilannya saat ini. Maaf dari Kawindra adalah prioritasnya kali ini, akan jadi apa ia jika mendekam di penjara?

Alan jadi merasa simpati, ia berlalu meninggalkan Hana. Lalu, kembali membawa sebotol minuman.

"Minum dulu," ucap Alan.

****

"Gimana, mas?" tanya Aleesha.

Mereka sedang melakukan panggilan video call, sudah lama sekali rasanya tak melakukan ini. Kawindra mengeringkan rambutnya dengan handuk, ia baru saja selesai mandi.

"Sudah beres, kamu tidak perlu khawatir. Sudah, makan?" balas Kawindra, ia menyimpan handuknya pada laundry bag.

Lalu, lelaki itu berjalan ke arah ranjang. Ia membaringkan tubuhnya, hari ini begitu melelahkan karena dihiasi oleh drama dari wanita rubah.

"Aku lagi gak pengen makan, tadi minum susu aja. Mas, udah?"

"Sudah, segera lekas makan. Saya akan tunggu, minta Mbok Mirna siapkan makan. Atau, kamu mau sesuatu? Saya pesankan dari sini," tawar Kawindra.

Sekarang, telah menunjukkan pukul 10.38 wib di Jakarta. Kasihan istrinya jika tak makan malam ini, apalagi ia sekarang membawa calon bayi mereka ditubuhnya.

Wanita itu menggeleng. "Gak mau, tadi udah coba makan roti. Cukup sampai besok pagi," balas Aleesha.

Kawindra menghela nafas, jika ia berada di dekat istrinya, pasti ia tak akan membiarkan wanita itu melewatkan makan malam. Ternyata, long distance relationship ini begitu menyiksa ya?

"Ya sudah, segera makan jika terasa lapar. Apa, ada orang menyerang sosial media kamu?"

Aleesha mengangguk, memang beberapa hari yang lalu notif di Instagram pribadinya begitu membludak. Banyak akun bodong yang tak jelas namanya, menyerang dikolom komentar postingannya mengenai foto dari hasil USG. Mulai dari menanyakan siapa bapak aslinya, tuduhan perselingkuhan, bahkan anak haram.

"Iya, sebentar. Aku udah sempat capture beberapa komentar yang keterlaluan. Aku mau bilang ini sama kamu langsung, tapi aku pikir ini akan menambah beban pikiran kamu. Jadi, aku simpan sendiri dulu. Lumayan, annoying banget. Sampai beberapa yang  direct message aku ngatain lonte, gila kali itu orang," Aleesha mengatakannya dengan santai.

Terlihat tak begitu mengganggu bagi wanita itu, ia sudah biasa dengan sebutan itu. Bahkan sebutan lain yang lebih parah, ia diamkan begitu saja. Tapi, saat dikatakan anak yang ia kandung sebagai anak haram, lumayan membuat Aleesha meradang.

"Emang, di mata kamu, aku begitu? Kamu pernah nganggap aku begitu gak? Saat pertama kali kita bertemu," ucap Aleesha.

Kawindra menghela nafas, kemudian ia menggelengkan kepalanya. Jika ia menganggap begitu, mengapa ia begitu membela istrinya dan mempertahankan nama baik sang istri? Untuk apa ia menuntut Hana? Apakah, untuk reputasinya? Hanya Kawindra sendiri yang bisa menjawab.

"Tidak, jangan pikirkan hal itu lagi. Saya sudah tuntut kasusnya, dan saya akan usut komentar-komentar itu."

"Hm."

"Kamu, akhir-akhir ini sibuk bertemu siapa?" tanya Kawindra.

Aleesha tercekat, perasaan khawatir muncul. Apakah, akan secepat ini terbongkar? Ia belum bisa menyusun puzzle dengan sempurna.

Gimana puasa klen? Senang gak, update?

Kalian, maafin Hana gak?

Makin penasaran gak? Atau tidak sama sekali? Cerita ini menyenangkan, bukan? Bukan! 🌜

Klen yang ikut giveaway itu tolong ya, dibaca baik-baik ketentuannya dan kalo udah lakuin rules ya tolong komen disana nama akun diaplikasi sebelah. Katanya biar gak susah dicek buat undi pemenang, ya kalo gak mau sih gak apa-apa juga kok. Gak maksa haha

Sehat selalu ya, semoga hari kalian menyenangkan. Tolong beri vote pada cerita ini, sebagai bentuk apresiasi pada penulis. Terima kasih atas perhatiannya 🤝

GAIRAH SUAMI POSESIF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang